Leo, singa berbadan tinggi besar memang hewan yang ditakuti di hutan ini. Dia bagaikan raja, segala perintahnya harus dituruti, perangainya yang pemarah dan kasar membut hewan lain takut. Apabila dia lewat, hewan lain akan menunduk sebagai tanda patuh pada sang raja hutan.
Suatu hari pasukan semut yang dipimpin oleh Minio sedang berbaris rapi dalam perjalanan pulang sehabis mencari makanan, mereka bernyanyi "kami pasukan semut, selalu bekerja keras, selalu bersama-sama, kamilah pemberani" saat sedang asyik bernyanyi, mereka berpapasan dengan Leo, Minio pun menyapanya "hai Leo" lalu ia melanjutkan perjalanannya , Leo heran mengapa pasukan hewan kecil itu hanya menyapanya, bukannya tunduk seperti hewan lain.
Dia pun berbalik dan memanggil Minio, "heeeei kamu Minio semut kecil, kemari!" barisan pasukan semut pun berhenti, dan Minio menghampiri Leo, "ada apa Leo?" tanya Minio sambil tersenyum ceria, "kenapa kamu tidak menunduk padaku, Leo si Raja hutan, seperti hewan lain, apakah kau tidak menghormatiku? Tanya Leo dengan wajah beringas yang menakutkan membuat semut lainnya meringis ketakutan.Â
Dengan santai Minio menjawab "tentu saja aku menghormatimu Leo, tapi bukan sebagai raja, aku menghormatimu sebagai teman, layaknya aku menghormati Eli si gajah, Geri si Jerapah, Rabi si kelinci dan hewan-hewan lainnya" "kurang ajar kau" Leo pun marah dia menggibaskan ekornya ke arah barisan para semut, hingga mereka terpental dan terjatuh. "kenapa kalian para semut kecil lemah tidak menganggapku raja?, akulah hewan paling perkasa di hutan ini!" tanya Leo marah, "kami menganggap besar atau kecil, lemah atau kuat, tinggi atau pun pendek, semua hewan sama derajatnya, tidak ada yang lebih spesial" jawab Minio.Â
Mendengar jawaban Minio, Leo pun murka dan berlari ke arah sarang semut yang tidak jauh dari tempat ia berdiri dan menghancurkannya, hingga semua cadangan makanan yang dikumpulkan para semut berserakan. Namun Minio dan pasukannya tak bisa berbuat apa-apa, begitupun hewan lain yang ingin menolong, mereka hanya bisa melihat dari jauh kerena takut. "ini pelajaran untuk kalian semua, siapa yang tidak tunduk padaku maka kalian akan menerima akibatnya, ha ha ha" hutan pun seketika hening diselimuti ketakutan hewan-hewan atas sikap Leo, "kalian para semut, muali sekarang kalian harus keluar dari hutan ini, ini adalah daerah kekuasaanku, kalian harus pergi sekarang juga!" Leo pun mengusir pasukan semut, Minio dan teman-temannya mengumpulkan cadangan makanan yang tersisa lalu pergi dari sana.
Ditengah malam dan hujan yang deras pasukan semut pun berjuang mencari tempat tinggal, sampai akhirnya mereka menemukan sebuah gua di dekat sungai, mereka pun memutuskan untuk tinggal disana. Hari-hari berlalu mereka bersemangat membangun kembali sarangnya, mereka mengumpulkan bahan-bahan untuk membuat penutup gua yang suatu saat dapat mereka gunakan apabila terjadi banjir dan bencana lainnya.
Setahun berlalu, gua yang ditempati para pasukan semut pun tambak megah dari luar dan nyaman di dalam, mereka mempunyai cadangan makanan yang banyak untuk musim dingin. Sementara itu di tengah hutan, Leo semakin merajalela, dia menyuruh hewan-hewan lainnya untuk mengumpulkan makanan untuk dia setiap harinya, kerjanya hanya tidur dan bermalas-malasan. "hei kera, kalian kumpulkan buah apel dan buah-buahan lezat lainnya untuku, cepat!" dengan segera kera-kera pun mengumpulkan buah-buahan kesukaan sang raja hutan, ia pun senang dan melahapnya sampai habis, "aku sekarang mau tidur, tidak ada satu pun yang boleh menganggu tidurku dan membangunkanku, apapun yang terjadi, kalau kalian berani membangunkanku, kalian tahu sendiri akibatnya".
Tiba-tiba di sore hari, terdengar gemuruh dari gunung besar di belakang hutan, "gunungnya meletus!" teriak Geri si jerapah yang melihat semburan lava dari gunung itu, kera-kera pun bergelantungan mencari tempat aman, Eli si gajah memberi tahu hewan-hewan lainnya agar segera mencari tempat aman, namun tidak ada yang berani membangunkan Leo, karena mereka takut ia murka. Mereka pun berlarian mencari tempat aman, sampailah mereka di tepi sungai. "hai teman-teman sedang apa kalian berkumpul disitu?" tanya minio "gunung besar di belakang hutan meletus Nio, kami sedang mencari tempat berlindung" jawab Rabi si kelinci "masuklah, ini tempat yang aman, banyak makanan untuk kalian" ajak Minio, para hewan pun memasuki gua yang dibangun Minio dan teman-temannya.
Hutan telah dipenuhi aliran lava merah yang panas akibat semburan gunung berapi, Leo yang sedang tidur pulas tiba-tiba mencium asap yang telah memenuhi hutan, lalu ia terbangun dan ia pun panik, "ada apa ini?, ada apa ini" dia baru menyadari disekelilingnya tak ada satu pun hewan, melihat seluruh hutan telah terbakar dan penuh dengan lava dan asap dia pun bergegas lari mencari perlindungan, namun tak ada lagi tempat yang aman untuk berlindung, sampailah ia di tepi sungai, dia tak bisa berlari-kemana-mana lagi, aliran lava panas semakin mendekatinya, dia semakin panik dan tak tau harus berbuat apa, lava panas hanya berjarak satu langkah lagi dari tempat dia berdiri, namun beruntung tiba-tiba Minio dan pasukannya membukakan pintu gua untuk menolongnya, "Leo, cepat masuk!"Â
Minio berteriak, Leo pun berlri sekuat tenaga dan langsung masuk ke gua, Minio dan pasukannya segera menutup gua rapat-rapat hingga lava panas tak dapat masuk ke gua. Leo dengan napas yang terengah engah terkapar di sudut gua, kemudian Ape si kera memberinya air minum. "Minio kenapa kau mengijinkanku masuk ke gua mu? Padahal aku sudah jahat padamu" tanya Leo yang merasa malu atas perlakuannya dulu pada Minio dan pasukannya, "aku sudah bilang, aku menghormatimu, karena kamu adalah temanku, teman tidak akan meninggalkan temannya yang sedang dalam kesulitan" jawab minio.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H