Mohon tunggu...
Agus Tjakra Diredja
Agus Tjakra Diredja Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Hapus batas dunia, jelajahi isinya. Jika jenuh, menulislah karena menulis adalah pelarian dan cara terbaik berbagi cerita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mitoni, Simfoni Kehidupan dalam Budaya Jawa

5 November 2024   17:28 Diperbarui: 5 November 2024   19:29 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber : annajahsidogiri.id)

Upacara ditutup dengan potong tumpeng. Tumpeng, yang berbentuk seperti gunung Meru, melambangkan puncak kesempurnaan dan keberkahan. Dengan memotong tumpeng, keluarga berharap agar anak yang dilahirkan kelak menjadi orang yang sukses dan membawa berkah bagi keluarga.

Mitoni dalam Perspektif Modern

Meskipun sarat dengan nilai-nilai tradisional, upacara Mitoni terus beradaptasi dengan zaman. Banyak pasangan muda yang menggelar upacara Mitoni dengan konsep yang lebih modern, namun tetap mempertahankan esensi dan makna dari tradisi ini.

Upacara Mitoni bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga sebuah warisan budaya yang tak ternilai. Dengan melestarikan tradisi ini, kita turut menjaga kelangsungan nilai-nilai luhur seperti gotong royong, kesantunan, dan penghormatan terhadap leluhur.

Pesan Moral

Dalam setiap upacara Mitoni, kita dapat belajar tentang pentingnya menghargai setiap tahap kehidupan, dari konsepsi hingga kelahiran. Tradisi ini juga mengingatkan kita akan kekuatan ikatan keluarga dan pentingnya menjaga kelestarian budaya leluhur. Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, Mitoni hadir sebagai oase ketenangan, sebuah pengingat bahwa di tengah segala kesibukan, masih ada nilai-nilai luhur yang patut kita jaga.

Lebih dari sekadar ritual, Mitoni adalah cerminan dari kebijaksanaan nenek moyang yang mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dan menghormati setiap anugerah kehidupan. Melalui prosesi yang sarat makna ini, kita diajak untuk merenung dan mengingat bahwa di balik setiap langkah kecil dalam hidup, terdapat doa dan harapan yang mengiringi. Kekuatan doa dan kebersamaan keluarga yang terjalin dalam upacara ini menciptakan fondasi yang kokoh bagi generasi selanjutnya.

Mitoni juga mengajarkan kita untuk tidak melupakan akar budaya kita, meskipun zaman terus berubah. Di tengah arus globalisasi yang kian deras, mempertahankan tradisi ini adalah bentuk penghormatan terhadap identitas kita sebagai bangsa. Dengan menjaga dan melestarikan budaya seperti Mitoni, kita tidak hanya merawat warisan leluhur, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya nilai-nilai kebersamaan, kesederhanaan, dan penghormatan terhadap kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun