Putri, anak perempuan Pak Darmo, mulai sering sakit-sakitan. Demam tinggi mendera tubuhnya tanpa sebab yang jelas. Setiap malam, ia diganggu oleh mimpi buruk yang sama: seorang wanita tua berpakaian putih membisikkan kata-kata yang tak dimengertinya. Wajah wanita itu selalu tampak kabur, namun tatapan matanya begitu tajam dan menusuk.
Bukan hanya Putri yang merasakan keanehan. Bu Darmo juga mulai mengalami hal yang sama. Ia sering menemukan rambut panjang hitam di sisirnya, padahal ia sudah memotong rambutnya pendek beberapa bulan lalu. Cermin di kamar mandi juga sering kali berembun dengan sendirinya, membentuk pola-pola aneh yang menyerupai wajah manusia.
Suatu malam, Darmo terbangun karena mendengar suara gaduh dari ruang tamu. Ia menyalakan lampu dan berjalan menuju ruang tamu. Betapa terkejutnya ia ketika melihat pintu lemari antik terbuka lebar dan semua isi lemari berserakan di lantai. Buku-buku tua, vas bunga antik, dan benda-benda lainnya tergeletak berantakan. Di tengah-tengah kekacauan itu, Darmo menemukan sebuah foto kuno yang memperlihatkan seorang wanita tua dengan pakaian yang sama seperti yang sering muncul dalam mimpinya.
Kejadian-kejadian aneh itu semakin membuat keluarga Pak Darmo ketakutan. Mereka mulai merasa bahwa mereka tidak sendirian di rumah itu. Ada kekuatan jahat yang sedang berusaha mengganggu mereka. Pak Darmo mencoba mencari tahu lebih banyak tentang sejarah rumah tua itu dan wanita tua dalam foto. Ia mengunjungi perpustakaan setempat dan berbicara dengan beberapa orang tua yang tinggal di sekitar rumahnya. Namun, semua orang yang ia tanyai hanya menggelengkan kepala dan mengatakan bahwa rumah itu memang terkenal angker.
Suasana mencekam semakin terasa ketika mereka mulai mendengar suara-suara bisikan di dinding. Kata-kata yang diucapkan sangat pelan dan tidak jelas, namun cukup membuat bulu kuduk mereka merinding. Kadang-kadang, mereka juga melihat bayangan hitam besar melintas di jendela kamar. Bayangan itu bergerak sangat cepat sehingga mereka tidak sempat melihat wajahnya dengan jelas.
Ketakutan yang dirasakan keluarga Pak Darmo semakin mendalam. Mereka merasa seperti sedang terperangkap dalam mimpi buruk yang tidak berujung. Setiap malam, mereka harus berjuang melawan rasa takut dan berusaha untuk tetap tenang. Namun, semakin lama mereka berusaha untuk bertahan, semakin kuat pula kekuatan jahat itu menyerang mereka.
****Sandal Tua dan Kutukan****
Suatu hari, saat sedang membersihkan gudang, Darmo menemukan sebuah buku harian tua. Buku itu berisi catatan-catatan tentang sejarah rumah mereka. Dari catatan itu, Darmo mengetahui bahwa pemilik rumah sebelumnya, seorang kolektor barang antik, pernah menemukan sepasang sandal tua di sebuah makam kuno. Konon, sandal itu adalah benda pusaka yang membawa kutukan.
Darmo mulai menghubungkan sandal tua yang ia temukan di kamar Putri dengan catatan dalam buku harian itu. Ia yakin bahwa kutukan itulah yang menyebabkan semua kejadian aneh yang terjadi di rumah mereka.
Dengan jantung berdebar, Pak Darmo membolak-balik halaman demi halaman buku harian tua itu. Tulisan tangan pemilik sebelumnya terlihat anggun namun penuh misteri. Semakin dalam ia membaca, semakin merinding bulu kuduknya. Ternyata, pemilik rumah sebelumnya, seorang pria eksentrik bernama Raden Mas Djoko, adalah seorang kolektor barang antik yang sangat fanatik. Obsesinya untuk mengumpulkan benda-benda kuno membawanya ke berbagai penjuru dunia.
Dalam salah satu catatannya, Raden Mas Djoko menceritakan tentang penemuan sepasang sandal tua di sebuah makam kuno di pedalaman Jawa Tengah. Sandal itu terbuat dari kulit binatang langka dan dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit. Menurut legenda setempat, sandal itu adalah milik seorang ratu yang dikutuk karena kecantikannya. Siapapun yang memakai sandal itu akan mengalami nasib buruk dan kutukan yang tak terhindarkan.