Mohon tunggu...
Agus Tjakra Diredja
Agus Tjakra Diredja Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Hapus batas dunia, jelajahi isinya. Jika jenuh, temukan kedamaian dalam secangkir kopi dan keheningan, karena menulis adalah pelarian dan cara berbagi cerita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dibalik Topeng, Perlindungan ataukah Penjara ?

7 Oktober 2024   02:50 Diperbarui: 7 Oktober 2024   04:18 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi topeng  (sumber : www.medcom.id)

Mungkinkah kita benar-benar mengenal diri sendiri? Pertanyaan ini mungkin terdengar sederhana, namun jawabannya jauh lebih kompleks dari yang kita kira. Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali mengenakan topeng. Topeng ini bukan sekadar aksesori fisik, melainkan konstruksi sosial yang kita bangun untuk berinteraksi dengan dunia.

Topeng yang Kita Kenakan, Pelindung dan Penyamaran

Dalam perjalanan hidup, kita seringkali merasa perlu mengenakan topeng. Layaknya seorang aktor yang memerankan berbagai peran, kita pun berganti-ganti persona untuk menghadapi berbagai situasi. Topeng ini menjadi benteng pertahanan kita dari dunia luar. 

Ketika merasa rentan atau takut akan penilaian negatif, kita berlindung di baliknya. Topeng ini melindungi kita dari luka batin yang mungkin timbul akibat penolakan atau kekecewaan.

Namun, topeng tidak hanya berfungsi sebagai pelindung. Ia juga menjadi alat adaptasi kita dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial. Kita menyesuaikan diri dengan harapan dan norma yang berlaku di sekitar kita. 

Di lingkungan kerja, kita mungkin menampilkan sosok yang profesional dan ambisius. Di tengah teman sebaya, kita mungkin lebih santai dan humoris. Fleksibilitas dalam mengenakan topeng ini memungkinkan kita untuk diterima dan merasa bagian dari kelompok.

Di balik topeng yang kita kenakan, tersimpan harapan-harapan tertentu. Kita menciptakan citra diri yang ideal, yang kita yakini akan membawa kita pada kesuksesan. Misalnya, seseorang yang ingin meraih posisi tinggi dalam karier mungkin akan menampilkan sosok yang kompeten, percaya diri, dan karismatik. Atau, seseorang yang mencari pasangan hidup mungkin akan menekankan sisi terbaik dirinya untuk menarik perhatian orang lain.

Sayangnya, keinginan untuk mencapai citra ideal ini seringkali didorong oleh rasa takut. Ketakutan akan penolakan, kegagalan, atau ketidakmampuan membuat kita enggan menunjukkan sisi yang kurang sempurna dari diri kita. Kita khawatir jika orang lain mengetahui kelemahan kita, mereka akan menjauhi atau menghakimi kita.

Mengapa Kita Tergoda untuk Memasang Topeng?

Dalam tarian sosial yang kompleks, kita seringkali merasa terdorong untuk mengenakan topeng. Tekanan untuk menyesuaikan diri dengan standar yang ditetapkan masyarakat, baik itu standar kecantikan, kesuksesan, atau perilaku, menciptakan sebuah kerangka yang kaku. 

Di balik topeng ini, tersembunyi ketakutan akan penolakan dan penilaian negatif. Kita khawatir jika menunjukkan sisi yang rentan atau berbeda, kita akan ditolak oleh orang lain. Topeng pun menjadi perisai yang melindungi ego kita dari luka emosional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun