Mohon tunggu...
Agus Tjakra Diredja
Agus Tjakra Diredja Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Hapus batas dunia, jelajahi isinya. Jika jenuh, temukan kedamaian dalam secangkir kopi dan keheningan, karena menulis adalah pelarian dan cara berbagi cerita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ancaman di Balik Layar

4 Oktober 2024   02:17 Diperbarui: 4 Oktober 2024   05:50 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sengkuni mengajarkan kita untuk waspada terhadap individu yang gemar menabur benih perpecahan dan memanfaatkan kelemahan orang lain. Selain itu, dalam era informasi yang serba cepat, kita dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir kritis agar tidak mudah terjebak dalam pusaran hoaks dan propaganda, yang seringkali digunakan sebagai alat manipulasi. 

Ambisi yang tidak terkendali, seperti yang ditunjukkan oleh Sengkuni, dapat mengaburkan batas moral dan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan yang merugikan orang lain. Kisah ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara ambisi pribadi dan nilai-nilai kemanusiaan

Tokoh Sengkuni tidak hanya terbatas pada dunia pewayangan, tetapi juga telah menjadi inspirasi bagi para kreator di berbagai bidang. Ia telah diadaptasi ke dalam berbagai bentuk media, mulai dari film, novel, hingga video game. Popularitas Sengkuni yang abadi ini menunjukkan bahwa karakternya memiliki relevansi yang sangat tinggi dengan kondisi manusia. 

Sengkuni menjadi simbol dari sisi gelap manusia, yaitu ambisi yang tak terkendali, manipulasi, dan intrik. 

Melalui berbagai interpretasi, karakter ini terus dieksplorasi dan diadaptasi untuk mencerminkan isu-isu kontemporer. Hal ini menunjukkan bahwa kisah Sengkuni bukanlah sekadar dongeng masa lalu, melainkan sebuah cerminan dari kompleksitas manusia yang terus relevan dari generasi ke generasi

Meskipun berasal dari zaman yang berbeda, kisah Sengkuni tetap relevan hingga saat ini. Karakteristik licik dan manipulatif yang dimilikinya masih sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memahami karakter Sengkuni, kita dapat lebih waspada terhadap manipulasi dan intrik yang ada di sekitar kita. Selain itu, kisah Sengkuni juga dapat menjadi bahan refleksi bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Nah, di era digital ini, jika beradu antara Sengkuni vs Algoritma: Siapa yang Lebih Licik?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun