Sejumlah negara termasuk Indonesia kembali menyambut perayaan hari pangan sedunia yang biasa diperingati setiap 16 oktober. Sebuah momentum bersejarah sekaligus menjadi bahan evaluasi rutin setiap tahun bagi dunia termasuk Indonesia mengenai situasi dan keadaan pangan dan dampaknya. Sebab, Prestasi Indonesia dimata dunia khusus masalah pangan kini sedang menjulang di puncak tertinggi dibandingkan negara-negara lain dengan kenaikan point yang cukup signifikan (+2,7) menurut Global Food Security Index 2016.
Disisi lain menurut informasi dan data ketahanan pangan 2015 Kementerian Kesehatan, Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan merupakan masalah kesehatan nasional yang harus ditangani dengan serius. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa setiap satu kasus yang berkaitan dengan KLB keracunan pangan di suatu negara berkembang, maka paling tidak terdapat 99 kasus lain yang tidak dilaporkan.Â
Tidak hanya di negara berkembang, di negara maju, termasuk Amerika Serikat yang dipandang memiliki tingkat kesehatan yang lebih tinggi, diperkirakan satu dari tiga orang penduduk di negara maju mengalami KLB keracunan pangan setiap tahunnya menurut kajian Jenie dan Rahayu, 2002. Bahkan di Eropa, keracunan pangan merupakan penyebab kematian kedua terbesar setelah Infeksi Saluran Pernapasan Atas atau ISPA sebagaimana laporan Sharp dan Reilly, 2000.
Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan di Indonesia tahun 2011 sebanyak 177 kejadian dengan jumlah kasus sebanyak 7.686 kasus dan rata-rata kasus kematian 0,35%. Tahun 2012 mengalami peningkatan 76,27% dari tahun 2011 dengan 312 kejadian dengan kasus 9.626 dan rata-rata kasus kematian 0,19%. Untuk tahun 2013 KLB keracunan pangan di Indonesia mengalami penurunan 25% dari tahun 2012 dengan 233 kejadian, 27.405 kasus dan CFR 0,10%. Tahun 2014 KLB keracunan pangan di Indonesia meningkat lagi sebesar 31,33% dari tahun 2013 dengan jumlah kasus sebanyak 9.657 kasus dan rata-rata kasus kematian 0,42% berdasarkan data Subdit Higiene Sanitasi Pangan serta Subdit Surveilans dan Respon KLB, Kemenkes, 2014.
Menariknya perayaan hari pangan sedunia tahun 2017 ini, rencananya akan di helat secara akbar di Kabupaten Kubu Raya dan daerah perbatasan negara Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat 19 oktober 2017. Kendati secara hasil Pemantauan Status Gizi Indonesia 2016, Kalimantan Barat memiliki kasus masalah gizi akut dan kronis diatas batas standar WHO, mulai dari kasus anak pendek, anak kurus, gizi buruk sampai gemuk.
Prestasi Pangan Indonesia di Tingkat Dunia
Prestasi pangan Indonesia secara global menurut indeks ketahanan pangan (Food Sustainable Index) 2017 mampu masuk ke dalam kelompok 25 besar. Indonesia ada  diurutan 21 tepat dibawah Brazil dan posisi puncak diduduki oleh Perancis, Jepang dan Kanada. Sebuah kebanggaan tersendiri bagi Indoensia ketika prestasi ketahanan pangan Indonesia bisa menjadi yang terbaik sekelas negara maju bahkan diatas India, Arab Saudi, Mesir dan Uni Emirates Arab.
Indeks tersebut meliputi tiga kategori, yaitu sampah dan bahan makanan yang terbuang (Food Loss and Waste), keberlangsungan pertanian (Sustainable Agriculture), dan tantangan nutrisi (Nutritional Chalenges).Dalam indikator Food Loss and Waste Indonesia berada di posisi 24, dengan skor 32,53. Sustainable Agriculture, Indonesia mendapat skor 53,87 dan berada pada peringkat 16. Sedangkan Nutritional Chalenges berada di peringkat 18 dengan skor 56,79. Indeks ini digunakan untuk menganalisis pertanian, nutrisi, dan sampah makanan di 25 negara yang terhitung menjadi 87 persen dari Produk Domestik Bruto dan 72 persen dari populasi dunia. Berikut screenshot infografis peringkat pangan Indonesia 2017.
Sungguh ironi, faktanya dibalik memuncaknya prestasi pangan yang semakin baik, justru masalah gizi dan Penyakit Tidak Menular (PTM) dalam situasi yang sangat darurat. Indonesia termasuk salah satu dari 17 negara dari 193 negara yang mempunyai 3 masalah gizi tinggi pada anak balita (bawah lima tahun) yaitu Stunting (anak pendek), Wasting (kurus) dan Overweight (Gemuk).
PTM yang didalamnya juga disebabkan karena sangat berkaitan dengan masalah gizi, menunjukan gambaran yang semakin meningkat bahkan lebih dari 60% beban negara akibat angka kesakitan dan kematian disebabkan karena PTM seperti Jantung, Kanker, Diabetes, Hipertensi, dan Gagal Ginjal.