Mohon tunggu...
Agus Setiawan
Agus Setiawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Cita-cita besar saya adalah Islam dikenal dengan sesungguhnya di muka bumi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pondasi Bangunan Islam

4 Februari 2011   04:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:54 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1296794853894001613

Apabila Islam diibaratkan sebuah bangunan, maka supaya bangunan Islam itu kokoh, kuat dan tegar diperlukan pondasi-pondasi yang menopangnya. Islam datang dengan beberapa pondasi yang dijadikannya sebagai azas bagi bangunan Islam. Jumlahnya ada 7 pondasi, yaitu :

Pondasi pertama, Iman

Apabila iman kita kuat, kita pun menjadi kuat dan kemenangan akan senantiasa menyertai kita. Jika keimanan kita kuat menancap dihati kita, maka segala kesulitan terasa ringan. Nabi Musa alaihissalam pernah keluar bersama kaumnya yang berjumlah sedikit dan hampir terkejar oleh Fir’aun dan bala tentaranya. Tetapi Nabi Musa alaihissalam yang hatinya telah dipenuhi keimananya mengatakan, “Sekali-sekali tidak akan tersusul, sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan member petunjuk kepada ku.”(QS. Asy Syuara:62)

Demikian halnya Rosul SAW, ketika berada di dalam gua, sedangkan Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu anhu telah mengkhawatirkan keselamatan beliau. Sebagai perwujudan sempurna dari keimanan yang kuat, Rosululloh SAW mengatakan, “Bagaimana pendapatmu, Abu Bakar, tentang dua orang, yang Alloh adalah yang ketiganya?”.”Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Alloh beserta kita.” (QS. At Taubah:40)

Sekarang ada orang-orang yang mengatakan, “Mereka adalah para nabi, tentu saja kita tidak sama dengan mereka.” Maka kita bisa menjawab, “Sesungguhnya, selain memuliakan para Rasul, Alloh SWT juga memuliakan pengikut-pengikut para Rosul itu dan siapa saja yang mengikuti jejak mereka. Para shahabat ketika berhadapan dengan orang-orang yang mengatakan , ‘sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, karena itu takutlah kepada mereka, ‘maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab,’Cukuplah Alloh menjadi penolong kami dan Alloh adalah sebaik-baik pelindung.” (QS. Al Imron:173).

Bahkan Alloh SWT telah memberlakukan hal demikian itu secara umum, “Sesungguhnya Kami menolong rosul-rosul Kami dan orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (QS. Al Mukmin:51)

Pondasi kedua, ilmu

Ilmu bisa membawa manusia pada kebahagiaan dan ketinggian. Tidak ada kebangkitan pada suatu umat tanpa ilmu. Orang-orang kafir tidak bisa berkuasa kecuali karena ilmu. Dan kita (umat islam) tidak mengalami kemunduran kecuali karena kebodolohan. Ilmu dan kebodohan adalah dua hal yang tidak sama.

Yang saya maksudkan ilmu di sini adalah dengan kedua macamnya, yaitu ilmu agama dan ilmu duniawi. Bahkan, apabila umat membutuhkan ilmu duniawi, maka mencarinya merupakan kewajiban kifayah bagi umat tersebut. Al Qur’an mengisyaratkan hal itu di dalam firman-Nya, “Tidaklah kalian melihat bahwasannya Alloh menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka ragam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata, dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Alloh di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. Fathir:27-28)

Pondasi ketiga, harta

Harta adalah perhiasan kehidupan di dunia. Ia merupakan urat nadi kehidupan dan bekal bangsa-bangsa. Maka setiap individu dan bangsa wajib berusaha mencukupi dirinya dengan cara bekerja. Seorang mukmin tidak selayaknya menggantungkan kehidupannya kepada orang lain, meminta-minta kepada orang lain, karena tangan yang di atas itu lebih baik daripada tangan yang dibawah. Alloh SWT telah memerintahkan untuk bekerja. “Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kalian (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al Mulk:15)

Para shahabat radhiyallahu anhu adalah orang-orang yang semula fakir, lantas Alloh SWT menjadikan mereka kaya dan membukakan perbendaharaan Kisra (Persia) dan Kaisar (Romawi) untuk mereka. Zuhud bukan berarti kita meninggalkan dunia dan membiarkannya dikelola dan dinikmati oleh orang-orang kafir, sedangka kita tidak memperolehnya dengan beralasan kepada sabda Rosululloh SAW, “ Ad Dunyaa ma’uunatun mal’uunun maa fiihaa.” (Dunia adalah terkutuk dan segala yang ada di dalamnya adalah terkutuk).

Hakikat zuhud adalah hendaknya kita memiliki dunia sehingga bagi kita sama saja antara emas dan tanah, lantas menginfakkan harta kita di jalan Alloh SWT dalam keadaan lapang tanpa merasa sayang terhadap apa yang kita infakkan itu dan tanpa berlebih-lebihan, dengan syarat hasil kerja kita didapat dari jalan yang halal. Rosululloh SAW pernah bersabda kepada Amru bin ‘Ash, “Yaa ‘Amruu, ni’mal maalus shoolih lirrojulish shoolih” (Yaa Amru, sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh orang-orang yang sholih)

Suatu ketika Abdurrahman bin Auf radhiyallahu anhu datang kepada Aisyah radhiyallahu anha, kemudian Aisyah radhiyallahu anha berkata dengan nada bercanda, “Abdurrahman, menurutku kamu akan masuk surga dengan merangkak dan tertinggal dari sahabat-sahabatmu karena banyaknya harta dan hisabmu.” Maka Abdurrahman menjawab, “Demi Alloh, jika engkau mau, aku akan memasukinya dengan berlari.” Aisyah bertanya, “Bagaimana ?” Abdurrahman balik bertanya, “ Apakah engkau pernah mendengar kafilah Mesir ?” Aisyar menjawab, “Ya”. Abdurrahman berkata, “Semua saya sedekahkan kepada orang yang fakir dan miskin.” Aisyah berkata, “ JIka demikian, engkau akan memasukinya dengan berlari.”

Jadi, janganlah lantara kita ingin berzuhud, maka kita meninggalkan dunia dan membiarkannya dinikmati orang-orang kafir dan digunakannya untuk memerangi Islam. Kesimpulannya umat Islamharus kaya dengan jalan yang halal dan disalurkan kepada yang halal.

Pondasi keempat, kesehatan

Kesehatan ibarat mahkota yang kita kenakan di kepala dan hanya bisa dilihat oleh orang yang tidak memilikinya. Kekuatan dan kesehatan merupakan hiasan bagi manusia. Karena itu, hendaklah kita memperhatikannya, karena Rosululloh SAW telah menganjurkannya kepada kita dan membuat aturan untuk itu. “Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu.” Rosululloh SAW merupakan sosok yang sehat dan kuat. Rosululloh SAW pernah bergulat melawan 10 orang dan berhasil mengalahkan mereka semua. Al Qur’an telah mengisyaratkan tentang kekuatan pada firman Alloh SWT, “Sesungguhnya Alloh telah memilihnya menjadi raja kalian dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” (QS. Al Baqarah: 247)

Rosululloh SAW biasa memohon kepada Alloh SWT kesehatan, baik di dunia maupun di akhirat. Salah satu doa Rosululloh SAW adalah : “Allohumma ‘aafinii fii badanii, Allohumma ‘aafinii fii sam’ii, Allohumma ‘aafinii fii bashorii (Ya Alloh, anugerahilah aku kesehatan badan, anugerahilah aku kesehatan pendengaran, dan anugerahilah aku kesehatan penglihatan)

Sudah selayaknya kita berusaha menjaga kesehatan fisik kita dengan cara berolahraga dan memberikan hak-hak tubuh kita sehingga fisik bisa mejadi lebih sehat dan kuat.

Pondasi kelima, kekuatan jihad

Hakikat pondasi ini adalah persiapan dan kesiapan untuk menghadapi musuh. Alloh SWT telah mewajibkan jihad kepada kita dan menjadikannya sebagai puncak ajaran Islam.”Dan berjihadlah kalian di jalan Alloh dengan jihad yang sebenar-benarnya.”(QS. Al Hajj:78)

Rosululloh SAW bersabda dalam rangka menanamkan motivasi berjihad, “Waditu an uqtala tsumma ahyaa tsumma uqtala.” (aku ingin kiranya terbunuh, kemudian hidup, kemudian dibunuh lagi). Rosululloh SAW bersabda 3 kali.

Jihad merupakan cita-cita yang dirindukan dan terus tersimpan dalam diri mereka sampai mereka bisa mencapainya. Untuk meraihnya mereka rela mengorbankan apa pun yang sangat mereka cintai. Bahkan dalam bidang fiqih, para fuqoha membuat bab khusus tentang jihad yang mereka namakan “Bab Jihad”. Para ahli mengatakan, “Barangsiapa yang memegang kunci-kunci laut, maka kemenangan akan selalu menyertainya.” Demikianlah keadaan para salaf pendahulu kita. Mereka menguasai Gibraltas, Suez, Singapura, Ghalambuli, Babul Mandab, dan selat-selat yang lain.

Pondasi keenam, harga diri dan kemuliaan

Kemuliaan merupakan sifat khas orang beriman. Dengan kemuliaan itu orang-orang beriman menjadi umat teraik yang dikeluarkan untuk manusia. Rosululloh SAW bersabda, “Barangsiapa yang memberikan kerendahan dirinya dengan sukarela, tanpa dipaksa, ia bukan dari golonganku.” Rosululloh SAW senang apabila umatnya mempunyai kemuliaan dan harga diri.

Pondasi ketujuh, keadilan

Keadilan artinya hendaklah kita lapang dada sehingga bersikap adilterhadap diri sendiri, terhadap saudara-saudara kita, dan semua orang.

Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa manusia itu dibagi menjadi tiga, yaitu

Pertama, orang yang mencari kebenaran, kemudian mengetahuinya tetapi lantas menyimpang darinya.

Kedua, orang yang mencari kebenaran, tetapi tidak berhasil mengetahuinya.

Ketiga, orang yang mencari kebenaran, kemudian mendapatkannya dan mereka konsisten melaksanakannya.

Golongan pertama akan binasa, golongan kedua akan dimaafkan, dan golongan ketiga adalah yang selamat atas izin Alloh SWT

Demikianlah pondasi-pondasi bangunan Islam. Marilah kita melaksanakannya sehingga bangunan Islam menjadi kuat dan tangguh sehingga izzah Islam tetap tinggi dimuka bumi.

Semoga Alloh SWT melimpahkan sholawat dan salam kepada sayyidina Muhammad SAW, juga kepada segenap keluarga dan shahabatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun