Mohon tunggu...
Agus Setiawan
Agus Setiawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Cita-cita besar saya adalah Islam dikenal dengan sesungguhnya di muka bumi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pintu Masuk kedurhakaan

3 Februari 2011   15:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:55 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12967478411637073279

Kita telah mengetahui bahwa jiwa manusia akan menjadi mulia ketika dilandasi dengan iman dan amal sholih. Akan tetapi desakan hawa nafsu dan syahwat akan senantiasa menggoda manusia sehingga kemuliaan nya akan terus menurun dimata manusia dan Alloh SWT. Kemuliaan jiwa manusia akan turun manakala kedurhakaan-kedurhakaan bersemayam dalam diri kita. Ada beberapa tempat yang menjadi pintu masuknya kedurhakaan ke dalam jiwa kita, yaitu: Pertama, Pandangan Mata Pandangan mata merupakan pemandu dan duta syahwat. Menjaga pandangan mata ini merupakan dasar dari penjagaan kemaluan. Siapa yang mengumbar pandangan matanya, berarti menyeret dirinya ke dalam sumber-sumber kerusakan. Rosululloh SAW, bersabda, "Jangan menyusuli pandangan dengan pandangan berikutnya, karena yang pertama menjadi bagian mu dan yang akhir bukan bagian mu." Pandangan mata merupakan dasar yang bersifat umum dari berbagai macam peristiwa yang menimpa manusia. Pandangan mata melahirkan lintasan hati. Lintasan hati melahirkan lintasan fikiran. Lintasan fikiran melahirkan syahwat. Syahwat melahirkan kehendak semakin kuat, ia berubah menjadi hasrat yang tak dapat di hindarkan, dan berikutnya sudah barang tentu menghasilkan perbuatan yang tidak dapat dicegah oleh apa pun. Di antara akibat pandangan, bahwa ia mendatangkan penyesalan, penodaan, dan hal-hal yang membakar. Seorang hamba melihat hal-hal diluar kesanggupan dan kesabarannya. Yang demikian ini merupakan siksaan yang amat besar, yaitu engkau melihat sesuatu dan engkau tidak memiliki kemampuan menahan diri dan sabar dalam menghadapinya. Berapa banyak orang yang mengumbar pandangan matanya, dan tidak seberapa lama kemudian dia terbujur menjadi korban pembunuhan, menjadi pelaku pemerkosaan, dan sebagainya. Oleh karena itu, Alloh SWT memerintahkan hamba-Nya untuk menjaga pandangan untuk menjaga kemuliaan jiwanya. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. An Nuur:30) Rosululloh SAW bersabda, "ghodduu abshoorokum wah fazhuu furuujakum" yang artinya "Tahanlah pandangan mata kalian dan jagalah kemaluan kalian." Kedua, Lintasan Hati Mengatur lintasan hati relative lebih sulit, karena hal ini merupakan sumber kebaikan dan keburukan yang lintasan hati inilah yang melahirkan kehendak dan hasrat. Siapa yang peduli lintasan hati ini, tentu dapat mengendalikan jiwa dan menundukkan hawa nafsunya. Namun, siapa yang dikuasai lintasan hatinya, maka hawa nafsunya yang tampil sebagai pemenang dan menjadi penguasa bagi dirinya. Siapa yang ditundukkan lintasan hati, ia akan menghelanya ke kebinasaan. Berbagai lintasan senantiasa menari-nari di dalam hati hingga berubah mejadi angan-angan yang batil. Orang yang paling hina jiwanya ialah orang yang yang ridho terhadap hakikat yang didasarkan pada angan-angan dusta, lalu dia menghadikrna dan menampakkan pada dirinya. Ini merupakan modal orang-orang yang bangkrut, barang dagangan orang-orang yang menganggur, dan santapan jiwa yang kosong, yang merasa puas karena mendapatkan khayalan dan hakikat-hakikat yang dibungkus kedustaan angan-angan. Angan-angan ini merupakan sesuatu yang amat berbahaya bagi manusia, karena ia dapat melahirkan kelemahan dan kemalasan, melahirkan keengganan dan pengabaian serta penyesalan. Jika orang yang berangan-angan tidak merasakan kenyataan pada badannya, dia akan mengalihkan gambaran kenyataan ini di dalam hatinya, menghadirkan dan memeluknya erat-erat, lalu dia membuat berbagai macam ilusi dan imajinasi yang kemudian menguasai fikirannya. Yang demikian itu sama sekali tidak mendatangkan manfaat apap pun bagi dirinya. Perumpamaan bagi dirinya seperti orang-orang yang lapar dan dahaga, lalu dengan hasratnya menghadirkan gambaran makanan dan minuman, padahal dia sama sekali tidak makan dan minum apapun. Kemuliaan dan ketinggian jiwa serta kesuciannya ialah jika dia dapat menyingkirkan segala lintasan dan angan-angan yang tidak ada hakikatnya, tidak ridha terhadap apapun yang melintas didalam hati dan membersihkan jiwa darinya. Ketiga, Lintasan Fikiran Lintasan orang yang berakal tidak mampu melampui batas yang lebih tinggi lagi. Karenanya dating syariat agama. Lintasan fikiran yang paling tinggi, paling mulia, dan paling bermanfaat ialah memikirkan sesuatu yang diperuntukkan bagi Alloh SWT dan hari akhirat. Apa yang diperuntukkan bagi Alloh SWT ini ada beberapa macam, diantaranya :

  • Memikirkan ayat-ayat Alloh SWT yang diturunkan dan segala kaitannya dan memahami maksud yang terkandung di dalamnya. Karena itu Alloh SWT menurunkan ayat-ayat itu bukan sekedar untuk dibaca. Tapi bacaan ini hanya dijadikan sarana dan piranti. Di antara orang salaf ada yang berkata, " Al Qur'an diturunkan untuk diamalkan. Karena itu buatlah bacaan kalian sebagai amalan.
  • Memikirkan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaa) Alloh SWT yang dapat disaksikan dan mengambil pelajaran darinya, menjadikannya sebagai dalil atas asma' dan sifat-sifat Alloh SWT, hikmah dan kemurahan-Nya, kebaikan dan eksistensi-Nya. Alloh SWT telah menekankan kepada hamba-hamba-Nya agar memikirkan ayat-ayat-Nya, menyimak dan memperhatikannya, serta mencela orang yang melalaikan perintah ini.
  • Memikirkan karunia dan kemurahan Alloh SWT, berbagai nikmat yang dilimpahkan kepada makhluk dengan berbagai macam dan ragamnya, memikirkan keluasan rahmat Alloh SWT, ampunan dan kasih-sayang-Nya.

Tiga macam pemikiran ini dapat menghasilkan ma'rifat tentang Alloh SWT, kecintaan, takut, dan berharap kepada-Nya dari hamba.

  • Memikirkan waktu yang harus difikirkan dan tugas-tugasnya serta menghimpun hasrat untuk mendukung pelaksanaannya. Orang yang arif ialah anak bagi waktunya. Jika dia menyia-nyiakan waktunya, hilang pula seluruh kemaslahatannya. Semua kemaslahatan ini hanya muncul dari waktu ini. Jika dia menyia-nyiakan dan menelantarkannya, tentu tidak akan mendapatkan kemaslahatan itu.

Jika seorang hamba sedang mendirikan sholat, tidak ada yang dia fikirkan selain dari sholatnya, maka umurnya hanya diisi Alloh SWT dan diperuntukkan bagi Alloh SWT. Seorang hamba harus senantiasa menjaga dari lintasan fikiran yang melenakannya sehingga melupakan Alloh SWT dan menghilangkan kelezatan dalam beribadah. Keempat, Untaian Kata-Kata Untaian kata-kata harus dijaga agar seorang hamba tidak melontarkan kata-kata yang sia-sia, agar tidak berucap kecuali untuk mengharapkan keuntungan dan tambahan dalam agamanya. Jika dia mengucapkan kata-kata, dia meneliti apakah di dalamnya ada keuntungan dan manfaat ataukah tidak ? Jika didalamnya tidak ada keuntungan, maka dia tidak jadi mengucapkannya. Jika di dalam mengucapkannya ada keuntungan dan manfaatnya, maka dia masih meneliti, apakah di sana ada kata-kata yang lebih banyak manfaatnya ataukah tidak. Yahya bin Mu'adz pernah berkata, " Hati itu seperti kuali yang membuat isinya mendidih, sedangkan lisan itu ibarat alat ciduknya." Perhatikanlah jika seseorang yang sedang berbicara, karena lisannya akan menggambarkan apa yang terpendam dalam hatinya. Di dalam hadits Anas radhiyallahu anhu disebutkan secara marfu', " Iman seorang hamba tidak akan lurus sebelum hatinya lurus. Hatinya tidak menjadi lurus sebelum lisannya menjadi lurus." Rosululloh SAW pernah ditanya tentang mayoritas yang menyebabkan manusia masuk ke neraka. Maka beliau menjawab, "Mulut dan kemaluan." Menurut At Tirmidzi hadits ini shahih. Gerakan anggota tubuh yang paling ringan adalah lidah, tapi justru lidah inilah yang paling banyak mendatangkan mudharat bagi hamba. Ingatlah, firman Alloh SWT, "Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaaff:18) Jadi, waspadalah dengan ucapan yang diucapkan seorang hamba. Sebaiknya yang keluar dari lisan seorang hamba adalah yang baik-baik dan bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Kelima, Langkah kaki Cara kita menjaga langkah-langkah kaki ialah tidak memindahkan telapak kaki kita kecuali pada sesuatu yang dapat diharapkan pahalanya dari Alloh SWT. Tergelincirnya seorang hamba ada dua macam, yaitu: tergelincirnya kaki dan tergelincirnya lisan. Salah satu di antaranya disebutkan sebagai pasangan bagi lainnya. " Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. " (QS. Al Furqon: 63) Seorang hamba harus melangkah kakinya hanya ke tempat-tempat yang diridhoi Alloh SWT. Sementara ke tempat-tempat yang tidak diridhoi, sebaiknya seorang hamba berusaha untuk menahan diri. Demikianlah beberapa pintu masuk kedurhakaan. Semoga Alloh SWT memberikan kekuatan kepada kita untuk menjaga diri dari masuknya kedurhakaan dalam jiwa kita. Amiin Wallahu A'lam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun