Mohon tunggu...
Agus Rohman
Agus Rohman Mohon Tunggu... Dosen -

"Pendidikan adalah senjata paling mematikan, karena dengan itu Anda dapat mengubah dunia" - Nelson Mandela

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Musibah Menjadi Tontonan

15 April 2013   09:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:10 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat berangkat ke kampus, jalanan agak sedikit macet. Hal ini disebabkan banyak pengedara sepeda motor yang berhenti di pinggir jalan, kadang ada yang hampir di tengah. Semua mata tertuju pada 2 motor yang sedang berhenti dengan 4 orang yang mengkerubutinya. Saya baru tahu kalau sepeda motor yang sedang berhenti itu sedang melihat dua motor yang habis bertabrakan. Hanya sedikit yang memberikan bantuan, yang banyak adalah menonton di pinggir jalan. Dalam hati bertanya, mengapa hanya dilihat, bukan dibantu? Mending gak usah melihat saja daripada tidak membantu. Akhirnya saya putuskan untuk meneruskan perjalanan, tidak ikut berhenti karena korban kecelakaan sudah ditolong sebagian orang.

http://www.tempo.co/read/news/2012/12/29

Dalam perjalanan itu saya merenung, apakah ini pengaruh TV? Saya sering melihat teman2 ketika melihat lawakan baik di OVJ, Pesbuker atau yang lain tertawa apabila ada adegan yang lucu. Kebanyakan lucu di sini adalah gara-gara ada salah seorang pelawak yang jatuh atau dikerjain. Ini ternyata mampu mengundang tawa bagi sebagian besar peminat lawakan. Niat dari pelawak memang murni untuk menghibur, tetapi apabila hal ini menjadi kebiasaan, maka yang timbul adalah sebuah karakter. Karakter apabila melihat seorang yangjatuh dalam lawakan, akan ditertawakan. Hal ini ditakutkan akan mengeneralisasi dalam kehidupan sehari-hari. Ada seorang yang tertimpa musibah baik itu tabrakan, rumah kebarakan, kita akan lebih banyak menjadi penonton daripada penolong.

Media TV kini memang kerap kali menjadi hiburan yang bisa dikatakan merakyat. Baik orang kaya, maupun yang papa semua memiliki TV di rumah. Waktu kecil saya dulu, acara TV banyak yang bernuansa pendidikan. Ada channel TVRI dan TPI yang kerap kali menayangkan banyak sekali ilmu pengetahuan. Tetapi kedua program TV tersebut kini tidak diminati lagi. Sebagai penikmat TV, kita harus bisa menfilter (menyaring) mana yang baik dan mana yang tidak baik. Semoga kita bisa menjadi pemirsa yang bijak dan budiman.

Selamat Beraktifitas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun