FOTO 1. WANITA TANGGUH ITU ADALAH ISTRI SAYA. Saat ini dia mengabdikan dirinya sebagai seorang perawat di sebuah rumah sakit daerah di Provinsi Kalimantan Selatan. Ketangguhannya sudah teruji oleh waktu. Kesungguhan pengabdiannya kepada setiap pasien yang dirawatnya pun tak diragukan lagi. Di sela-sela kesibukannya mengabdi bagi kemanusiaan, dia selalu meluangkan waktunya untuk melakukan refreshing. Dan salah satu tempat yang pernah kami kunjungi bersama adalah Museum Wasaka Banjarmasin.
Kata "Wasaka" sebenarnya merupakan akronim dari semboyan perjuangan rakyat Kalimantan Selatan, "Waja Sampai Kaputing" (berjuang sampai titik darah penghabisan). Semboyan ini dipopulerkan oleh Pangeran Antasari semasa Perang Banjar Barito meletus.
Dan semangat waja sampai kaputing itu pun dihidupi istri saya dalam pengabdiannya sebagai seorang perawat, khususnya di masa pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama setahun terakhir. Pun mengikuti teladan R.A. Kartini yang tetap eksis dalam perjuangan untuk menegakkan emansipasi kaum wanita di zamannya.
Menjadi seorang perawat tentu tak mudah, apalagi di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Selain beban tugas yang harus dilaksanakannya setiap hari, dia pun harus selalu menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Dari dialah saya belajar bagaimana seharusnya berperilaku hidup bersih dan menjaga diri dengan baik dalam situasi pandemi.
Lokasi pengambilan foto ini tak jauh dari Pantai Takisung. Letaknya memang beberapa puluh meter dari pantai utama, sehingga kondisinya masih terbilang alami dan belum dilakukan pembangunan di sekitarnya.
Kami menyukai Pantai Takisung karena pasirnya bersih. Di sana pun terdapat pasar rakyat yang menjual aneka kerajinan khas pesisir pantai. Biasanya usai menyusuri garis pantainya, kami singgah ke warung langganan kami dan menikmati sajian makan dan minum sederhana. Es kelapa muda, Popmie hangat, ditemani beberapa potong pisang goreng kerap menjadi menu pilihan yang tak terganti. Lelah yang kami alami segera sirna setelah perut kembali terisi dan dahaga terobati.
Jangan mengaku Indonesia bila kita tidak pernah merasa bangga dengan kebudayaan milik bangsa ini. Jangan mengaku Indonesia bila yang kita banggakan dan agung-agungkan adalah kebudayaan bangsa lain.