Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Halaman 234 yang Semoga Bertuah!

26 Februari 2021   20:24 Diperbarui: 26 Februari 2021   20:34 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku "150 Kompasianer Menulis" (Sumber ilustrasi kompilasi foto: https://www.mengimla.com dan koleksi pribadi Bapak Tjiptadinata Effendi)

Suatu dedikasi yang luar biasa yang patut diacungi jempol, karena berkat kegigihan Bapak Ikhwanul, buku yang baru terbit ini terasa makin istimewa. Di sinilah peran seorang editor yang ikut menentukan kualitas akhir dari buku yang diterbitkan.

Saya sendiri pernah mengalami seluk beluk dan hiruk pikuk proses editing yang memang tak semudah bayangan orang. Seorang editor yang baik dan mumpuni, akan membaca kata demi kata, kalimat demi kalimat, hingga paragraf demi paragraf yang menjadi bagian tugasnya. Bahkan soal tanda titik dan tanda koma, hingga tanda kutip dan tanda titik dua; menjadi sederet perhatian yang tak dapat lepas dari pengamatannya.

Tugas seorang editor terkadang masih berlangsung meski buku telah terbit; sebab bisa jadi buku yang sudah dicetak sekian eksemplar akan mengalami penyempurnaan untuk rencana penerbitan edisi berikutnya.

"Monumen Literasi" yang Hidup

Buku ini menjadi tanda kehadiran dan eksistensi pasangan Bapak dan Ibu Tjiptadinata yang selama ini telah mendedikasikan hidupnya dan ikut ambil bagian secara nyata bagi pengembangan dunia literasi di Tanah Air.

Pun tidak berlebihan adanya bila buku ini menjadi saksi sekaligus monumen literasi yang hidup dari pasangan spesial ini. Sepengetahuan saya, tak banyak pasangan-pasangan berusia senja di Tanah Air yang punya komitmen dan kiprah nyata di dunia literasi seperti mereka berdua.

Karya-karya mereka berdua di blog Kompasiana benar-benar mampu menghipnotis para pembaca dan pengagumnya untuk serta-merta dan dengan sukarela mengikuti "jejak" berliterasi yang berhasil mereka torehkan selama ini.

Semua pujian, kesan, pengalaman, kekaguman, harapan, opini, hingga doa-doa yang disampaikan untuk kebahagiaan Bapak dan Ibu Tijptadinata yang tersampaikan melalui penerbitan ini tentu baru sebatas kesan awal yang akan ditangkap oleh para "pembaca beruntung" yang memperoleh satu eksemplar buku ini.

Sebab, setelah kita membaca keseluruhan isi buku ini - tanpa terkecuali, kita akan semakin mendalami betapa kehadiran Bapak dan Ibu Tjiptadinata di media sebesar Kompasiana sungguh menjadi "tanda dan harapan" bagi kemajuan dunia literasi di Indonesia pada khususnya.

Keduanya yang sungguh-sungguh mencintai Indonesia ini pun telah membuktikan rasa cinta tanah airnya dengan tetap mempertahankan status kewarganegaraannya sebagai WNI meskipun telah lama tinggal di Benua Kangguru.

Salut dan salam takzim untuk Bapak dan Ibu Tjiptadinata. Tuhan menyertai selalu, amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun