Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pak Tjiptadinata, Aku Makin Padamu!

28 Oktober 2020   21:25 Diperbarui: 28 Oktober 2020   21:33 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak Tjiptadinata Effendi (Sumber foto: https://twitter.com/tjiptadinata/header_photo)

Malam ini saat membuka-buka halaman Kompasiana, kedua mata saya tertuju dan terpaku pada sebuah judul tulisan demikian, "Kebahagiaan Terbesar bersama Kompasiana". Sebuah judul yang terdiri dari 4 kata, hanya 4 kata saja, dengan isi sejumlah 300-an kata, namun begitu sarat akan makna.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata "makna" mempunyai beberapa pengertian, diantaranya: arti, maksud pembicara atau penulis, atau pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.

Tanpa bermaksud berlebihan atau melebih-lebihkan, apa yang diutarakan dalam tulisan menarik itu begitu menginspirasi dan menggugah. Saya sebut menginspirasi karena seperti kata KBBI lagi, tulisan yang saya maksudkan ini mampu menimbulkan inspirasi dan mengilhami "tulisan saya" ini!

Dalam salah satu paragraf tulisan yang sedang saya ulas kali ini, terdapat kalimat pendek yang berbunyi demikian, "The most important thing in life is love and be loved" yang kalau diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi "Hal paling utama dalam hidup ini adalah cinta dan dicintai".

Kemudian ada ungkapan-ungkapan sederhana, seperti "lips service", menginap dibayari, undangan makan siang dari sahabat Kompasiana, Ayah-Bunda dan atau Oma-Opa, dan tak ketinggalan harapan agar badai Corona cepat berlalu.

Yang pasti, manakala saya membaca kata demi kata, pun kalimat demi kalimat yang terasa mengalir sejak awal hingga titik terakhir; saya seolah-olah merasa dipertemukan dengan banyak orang di dalamnya. Ada begitu banyak nama yang disebutkan oleh sang penulis yang menyebut dirinya "gaek" ini. Nama-nama itu memang secara hurufiah tidak tertulis satu per satu; namun rasanya telah disebutkan semua dari A sampai Z.

Kalimat-kalimat si penulis begitu lugas, dengan Bahasa sederhana namun sarat akan cerita yang begitu mendalam dan dilekati oleh banyak kenangan yang membahagiakan. 

Andai tulisannya disajikan dalam halaman-halaman yang lebih panjang, saya percaya dan meyakini bahwa para Kompasianer yang sudah lama bersahabat dengannya, atau yang barangkali baru mengenalnya, akan melakukan standing applause seraya mengakui dalam hati, "Aku padamu, Pak!", "Aku padamu, Opa!" atau "Aku padamu, Ayah!"

Usianya memang tak lagi muda, persis seperti istilah "gaek" yang beliau pergunakan dalam tulisan terbarunya kali ini. Lagi-lagi KBBI berkata bahwa "gaek" artinya tua sekali atau tua renta. 

Sebuah pepatah lama berujar demikian, "Semakin tua usia seseorang, biasanya ia akan menjadi semakin bijaksana!" dan bunyi pepatah itu sungguh menjadi kenyataan dalam diri si penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun