Demi mewujudkan impiannya, Dokter Reisa pun mengikuti test masuk Fakultas Kedokteran secara diam-diam. Dia datang ke kampus sendiri, membayar biaya pendaftaran sendiri, sekaligus mengikuti ujian sendiri juga. Setelah diumumkan lulus, Dokter Reisa baru menyampaikan kabar gembira tersebut kepada keluarganya.
Selama lima setengah tahun, Reisa menghabiskan waktu untuk merampungkan studinya. "Karena suka kali ya, jadi menurut aku nggak berat-berat banget.Â
Pada zamanku, pelajaran-pelajaran yang aku terima masih dipisah-pisah, misalnya: Fisiologi sendiri, Biologi sendiri, Patologi sendiri," bebernya. Demikian juga saat menjadi dokter muda, Reisa pun mempelajari materi tentang mata, ilmu bedah, dan lainnya secara terpisah. Sementara sekarang, semuanya diajarkan dalam kurikulum yang menyatu, dan mahasiswa dapat mengambilnya dengan sistem paket.
Menurut Dokter Reisa, pengorbanan Mamanya sangatlah besar bagi keberhasilan studinya. "Aku dibayarin Mama untuk biaya kuliah yang aku rasakan luar biasa itu. Menurutku jumlahnya besar waktu itu, sehingga aku kemudian memutuskan agar kuliahnya tidak lama-lama. Sehingga sejak semester 1 aku harus mengambil SKP berapa ya, supaya bisa lulus secepatnya. Jangan sampai aku lulusnya lewat dari 6 tahun!"
Demi mewujudkan cita-citanya tersebut, Dokter Reisa rela kuliah sejak pukul 07.00 pagi hingga pukul 04.00 sore setiap hari. Bahkan dia juga tetap bersemangat bilamaana hari itu harus mengikuti kuliah sampai jam 07.00 malam.
Dokter Reisa juga berkisah bahwa pada zamannya belum ada mahasiswa yang mampu menyelesaikan kuliah kedokteran dalam rentang waktu 5,5 tahun. Harapan dan cita-citanya terkabul saat dinyatakan lulus bersama ke-12 rekannya, yang terdiri dari rekan-rekan satu angkatan dan angkatan sebelumnya.
Waktu itu pihak kampus menyarankan agar Reisa bersama rekan-rekannya mengikuti wisuda bersama yang baru berlangsung sekitar setengah tahun ke depan.
Namun Dokter Reisa dan rekan-rekannya kemudian mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan "wisuda sendiri" dengan ijin dari pihak kampus. Setelah segala persiapan dirasa beres, maka prosesi wisuda pun digelar di sebuah ballroom berukuran kecil.
Demi mencapai target kelulusan dalam waktu 5,5 tahun, Dokter Reisa kala itu berkomitmen untuk tidak melibatkan diri dalam banyak kegiatan lain selain mengikuti studi di kampus. "Pokoknya fokus. Paling-paling hanya ikut syuting iklan yang cuma satu hari saja".
"Momen CLBK" di Ajang Puteri Indonesia
Setelah Reisa lulus dan tengah menjalani studi program S-2, plus mempunyai pengalaman bekerja di dua tempat; barulah terpikir olehnya untuk mencoba mengikuti ajang bergensi "Puteri Indonesia". Awalnya Dokter Reisa hanya iseng membuka-buka majalah dan pada salah satu halamannya menemukan formulir pendaftaran ajang tersebut.