"Kupikir setelah ada aturan PSBB di Kota Banjarmasin, data pasien yang terkonfirmasi positif covid-19 di kota ini akan berkurang. Namun ternyata tidak! Tadi saja sewaktu melintas di Jalan Pramuka yang tembus menuju Pal 6, suasana masih ramai dan normal saja seperti Ramadan tahun lalu.Â
Orang-orang masih sibuk ngabuburit di sepanjang badan jalan. Mereka jalan-jalan santai begitu saja, no physical distancing, bahkan ada yang berani tidak memakai masker di keramaian. Para pedagang makanan juga masih banyak yang berjualan, dan miris juga menyaksikan mereka-mereka ini berjualan tanpa masker!" demikian curhatan seorang sahabat sore tadi, Rabu, 29 April 2020 sekitar pukul 17.30 Wita. Sebut saja nama sahabat saya itu Galuh (30 tahun).
Curhatan seorang sahabat di atas juga kurang lebih mirip dengan pengalaman saya sore tadi sepulang kerja. Saya melewati Jalan Pemurus yang berada di sisi kiri Pasar Ahad Kertak Hanyar. Di sepanjang jalan saya juga menjumpai para pedagang aneka wadai (kue) tradisional khas Banjar yang membuka lapaknya. Para pengunjung "pasar tradisional" ini juga tampak ramai membeli aneka makanan yang tersaji sebagai menu berbuka puasa.
PSBB dan Geliat Pasar Tradisional di Banjarmasin
Sesuai dengan Perwali Nomor 33 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan PSBB dalam Penanganan Virus Corona atau Covid-19, pada paragraf keempat pasal 13 ayat 2 terdapat perkecualian larangan terhadap pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Sehingga pasar tradisional "masih tetap buka" selama PSBB berlangsung di Kota Banjarmasin. Hanya saja jam operasional pasar yang dibatasi, pagi mulai pukul 06.00 Wita hingga 13.00 Wita, kemudian sore mulai pukul 14.00 Wita sampai 18.00 Wita.
Dari pantauan media lokal, aktivitas pasar tradisional di kota ini masih tetap normal. Para pengunjung pasar, para pedagang, buruh angkut, dan tukang parkir masih tetap menjalankan perannya masing-masing di pasar tersebut. Sebagian orang masih tampak belum mengenakan masker dan menjaga jarak sesuai anjuran pemerintah. Meskipun ada yang mengaku khawatir dengan situasi pandemi covid-19, namun aktivitas yang terjadi tetap mengalir begitu saja.
Di tengah pandemi corona, situasi bulan Ramadan tidak menyurutkan langkah masyarakat Banjarmasin untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan berbelanja aneka bahan pangan di pasar tradisional. Bagi mereka-mereka yang menyimpan rasa takut dan khawatir tertular covid-19 akan memilih untuk berbelanja kebutuhan dapurnya di toko, warung, atau kios terdekat.
Saya sendiri seringkali berbelanja ke warung sayur yang berjarak sekitar 150 meter dari rumah. Warung sayur Acil Beruntung -- demikian kami sering menyebutnya, selalu buka di pagi hari hingga menjelang Magrib. Meski ukuran warungnya tidak terlalu besar, namun bahan pangan dan aneka kebutuhan dapur tersedia lengkap di warung tersebut. Jadi sekali belanja, banyak kebutuhan yang bisa kami beli di warung Acil Beruntung.
"Wah, Masnya datangnya kok sore. Sayuran udah pada habis. Padahal tadi pagi saya belanjanya segunung. Yah, musim begini orang-orang di komplek perumahan sekitar sini lebih memilih untuk berbelanja ke sini," ucap Acil Beruntung di suatu sore.
Saya hanya tersenyum saja dan meneruskan kegiatan belanja. Bila jenis sayur atau daging yang saya cari tidak tersedia, biasanya saya akan menggantinya dengan bahan pangan lain yang tersedia saat itu. Bagi saya pribadi tidak terlalu bermasalah, yang penting dapur tetap mengepul dan sajian makanan di meja makan tetap terhidang pada waktunya. Untuk pergi ke pasar tradisional di sepanjang Jalan Gerilya yang berjarak sekitar dua kilometer, saya agak khawatir mengingat situasi pandemi corona saat ini.
Sepertinya orang-orang di sekitar kawasan Pemurus Dalam juga sependapat dengan saya maupun Acil Beruntung. Mereka lebih suka berbelanja ke sini karena letak warungnya dengan komplek perumahan. Meskipun di sekitar perumahan ini ada warung serupa, namun warung milik Acil Beruntung ini paling ramai dikunjungi warga