Aku banyak membaca
cerita tentang mu
Mendengar dan mengamati potret penderitaan, tergambar siluet siksa dan derita mencabik raga
Perjalanan panjang ditempuh dengan tubuh penuh luka
Bahu memanggul kayu kasar menuju bukit Kalvari
Cacian, teriakan, umpatan, makian, serta ludah para bajingan terlontar di wajah tak berdosa mu
Para serdadu laknat semakin kalap, ketika tak satupun kata pembelaan terucap
Mereka pikir, kau akan membalasnya,
Mata ganti mata, darah balas nyawa
Mereka buta dengan siapa sedang berhadapan
Benak mereka hanya terisi kemunafikan dan kepalsuan, hingga terbersit bagaimana menyingkirkan pahlawan yang mereka anggap lawan
Darah mengalir, seiring cambuk tentara Romawi mendera tubuhmu
Lelah mendekap tangan yang tak henti mengayun
Keringat mengalir, Â membanjir di ujung darah tak berdosa
Kepala, lambung, tangan, dan kaki adalah saksi bisu kekejaman mereka
Aku memang tak melihat lambungmu yang tertikam itu
Tak melihat mahkota duri  tertancap di kepala
Tak melihat kau meregang nyawa, tergantung antara hidup dan mati
Di sela senyum seringai kepuasan iblis berkedok manusia
Namun aku percaya dosaku telah kau tebus dan lunas dibayar
Terduduk di sudut senja
Air mata menjadi bayang penyesalan
Lirih bibir berucap
"Terimakasih sudah menebusku", kau yang ku panggil Tuhan
Malang, 2 April 2021
Selamat merayakan Jumat Agung
#kicauhati
#relungnurani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H