doc.pribadi
Pengusiran
Mengapa diusir. Sikap yang menunjukkan ketidak simpatian terhadap sesuatu masalah. Dapat saja terhadap orang atau atau makluklainnya. Bahkan terhadap apa saja yang dirasa tidak membawa kenyamanan. Karena nyaman adalah kondisi yang membuat tenang dan dapat menikmati waktu dengan baik dan bahagia.
Beberapa kata usiran yang sudah populer. Ada kata yang dapat dijadikan azimat untuk pengusiran. Diantaranya ada beberapa kata yang bila disimak terasa mengganjal. Pengamen dan pemulung dilarang masuk , tidak menerima sumbangan , selain petugas dilarang masuk, awas tegangan tinggi, awas anjing dan masih banyak lagi.
Burung saja diusir dengan geprak atau dengan orang-orangan yang ditarik dengan benang. Sungguh manusia serakah. Sudah diberi barang yang berlebih burungpun tak boleh mengambil. Misalkan tidak mengambil terus kemana burung-burung pipit tersebut cari makan. Sungguh sesuatu tak imbang yang seharusnya hidup saling membutuhkan.
Penyanyi yang terusir. Banyak papan yang bertuliskan pengamen dan pemulung dilarang masuk. Padahal apa yang menjadikan mereka terusir. Tentulah mungkin sebagian kecil ada yang usil dan menyebabkan terusir semuanya.
Jangan begitu. Tidak semua disama ratakan bahwa kalau begitu menjadi sama saja. Ada beberapa hal yang sebaiknya dijadikan pertimbangan dalam bersikap. Tentu saja semua perlu pemikiran dan pemahaman yang menyeluruh. Dalam arti dapat merasakan apa yang dirasakan. Berempati bagi sesama dan berusaha memahami sesama.
Makluk hidup mempunyai hak. Kita hidup mempunyai hak sama seperti menghirup udara dan berpijak pada bumi. Sang maha Pencipta tentulah mempunyai planning yang sangat bagus. Yaitu hidup yang berguna bagi seluruh alam. Rahmad bagi seluruh alam dapat dijabarkan bahwa kemaslhatan sebagai tujuan adanya kehidupan integral.
Jangan mudah mengusir makluk selama tidak mengganggu kelestarian alam. Selama bermanfaaat dan berdaya guna marilah kita lestarikan kehidupan ini dengan tangan dan budi yang mulia. Semoga bermanfaat bagi semuanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H