Mohon tunggu...
W Agung  Sutanto
W Agung Sutanto Mohon Tunggu... Guru - Sambang agar Sambung

guru jas sd di Gunungkidul

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ida Dayak dan Upaya Menggapai Mukjizat dari Langit

8 April 2023   13:55 Diperbarui: 8 April 2023   13:57 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi via Republika

Sehat itu mahal. Bukan berarti saat sakit terus berobat ke luar negeri. Atau berobat ke dokter spesialis yang berlabel mahal. Bukan demikian.

Mahal dalam arti merawat dan mempertahankan sehat.  Bisa dengan mengatur pola makan, istirahat dan aktifitas setiap harinya. Rela dengan pengurbanan waktu dan bea yang tak sedikit untuk meraih sebuah kegiatan yang dianggap urgen. 

"Jangan ganggu aku selagi badminton!" pesan pada kawannya. Ini berarti sudah ada protek pada orang dan si pelaku itu telah fokus pada kegiatannya. Lain hal  dengan yang ini," Setiap seminggu dua kali aku renang ke umbul yang airnya segar dan alami!" Ini secara fisik yang dijaga. Tak ketinggalan soal nutrisi sumber energinya  juga demikian. " Aku makan sayur dan buah saja!" 

Apakah semua orang bisa demikian. Sungguh sebuah label mahal. Dan kita  bisa ditengok dam membandingkan pada saudara lainnya. Kala makan saja masih  susah karena terlilit rente. Dan bahkan pada pisah alias cerai gegara soal ekonomi. 

Padahal kesehatan sesorang tak tahu apakah ajek. Bagi mereka yang pernah merasakan sakit. Baik akibat serangan penyakit atau bisa juga karena kecelakaan mekanik. Hingga menyebabkan kelainan organ tubuh. Bahkan sampai kehilangan bagian tubuhnya.Dan cacat permanen. 

Ketika ada pengobatan ala Ibu Ida Dayak bagi mereka yang mengalami sakit sebuah kabar langit. Mengingat sakit yang diderita selama ini sulit diatasi. Apalagi melihat di media sosial hal seperti ini bisa diatasi. Maka bagaikan mukjizat dari langit. 

Alangkah baiknya bila model penyembuhannya untuk dicoba  dan siapa tahu bisa sembuh. Karena dalam fikiran pasien harapannya satu yakni  sehat dan sembuh. Tak memandang si kaya dan miskin. Dan sakit tak memandang bulu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun