Sehat itu mahal. Bukan berarti saat sakit terus berobat ke luar negeri. Atau berobat ke dokter spesialis yang berlabel mahal. Bukan demikian.
Mahal dalam arti merawat dan mempertahankan sehat. Â Bisa dengan mengatur pola makan, istirahat dan aktifitas setiap harinya. Rela dengan pengurbanan waktu dan bea yang tak sedikit untuk meraih sebuah kegiatan yang dianggap urgen.Â
"Jangan ganggu aku selagi badminton!" pesan pada kawannya. Ini berarti sudah ada protek pada orang dan si pelaku itu telah fokus pada kegiatannya. Lain hal  dengan yang ini," Setiap seminggu dua kali aku renang ke umbul yang airnya segar dan alami!" Ini secara fisik yang dijaga. Tak ketinggalan soal nutrisi sumber energinya  juga demikian. " Aku makan sayur dan buah saja!"Â
Apakah semua orang bisa demikian. Sungguh sebuah label mahal. Dan kita bisa ditengok dam membandingkan pada saudara lainnya. Kala makan saja masih susah karena terlilit rente. Dan bahkan pada pisah alias cerai gegara soal ekonomi.Â
Padahal kesehatan sesorang tak tahu apakah ajek. Bagi mereka yang pernah merasakan sakit. Baik akibat serangan penyakit atau bisa juga karena kecelakaan mekanik. Hingga menyebabkan kelainan organ tubuh. Bahkan sampai kehilangan bagian tubuhnya.Dan cacat permanen.Â
Ketika ada pengobatan ala Ibu Ida Dayak bagi mereka yang mengalami sakit sebuah kabar langit. Mengingat sakit yang diderita selama ini sulit diatasi. Apalagi melihat di media sosial hal seperti ini bisa diatasi. Maka bagaikan mukjizat dari langit.Â
Alangkah baiknya bila model penyembuhannya untuk dicoba  dan siapa tahu bisa sembuh. Karena dalam fikiran pasien harapannya satu yakni  sehat dan sembuh. Tak memandang si kaya dan miskin. Dan sakit tak memandang bulu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H