Aku mendengarkan kata temanku yang menderita pemutusanhubungan kerja (PHK) memang sungguh sakit. Ia bahkan berniat akan melempar si Bos dengan batu. Wah jadi ngeri. Yha ia saat ngomong kala  bertemu di sripah keluargaku. Dan ia ternyata berteman dengan keponakanku.Â
"Tak plinteng,Pak!" Ia mengumpat dan akan melakukan tindakan kriminal.Â
Kala ia baru sumpek. Istrinya mengingatkan dan untung ia segera sadar. Ia banting setir dari dunia edukasi ke  jual burung. Ikut tetangganya yang bekerja sebagai penjual  burung oceh-ocehan.Â
Ia malah bisa cerita  panjang lebar. Dari keterpaksaan menjadi hobi dan bisa buat sumber ekonomi. "Tuhan masih membukakan jalan hidup."
Padahal ia  juga terkena deabetes dan harus hati-hati  menjaga menu  makan. Tak heran tubuhnya kering dan kurus. Malah ditambah lagi kena penyakit paru yang kronis. Komplitlah deritanya.
Tapi tak apa ia menikmati dengan ceria. Ini hidup ini sekedar mejalani saja.Â
Ia pasrah dan bersandar pada nasib.Â
Dalam binjang sebentar, "Lha kamu lebih duluan pergi." Ia komen.
"Padahalkau kan juga jadi cikal bakal berdirinya sekolah kita." Tak balas.Â
"Ia tak tahu budi!"
"Tak apa!"