Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku tema-tema pengembangan potensi diri

Buku baru saya: GOD | Novel baru saya: DEWA RUCI | Menulis bagi saya merupakan perjalanan mengukir sejarah yang akan diwariskan tanpa pernah punah. Profil lengkap saya di http://ruangdiri.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manager dengan Mental Pelaksana

21 September 2011   18:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:45 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menduduki jabatan yang lebih tinggi tentu saja bukanlah sekedar jabatan formal saja, namun juga merupakan perubahan paradigma, sikap dan pemahaman sebuah fungsi. Dari seorang pelaksana menjadi manager, yaitu dari seorang yang tadinya hanya melakukan sebuah instruksi perintah pekerjaan menjadi seorang yang mengatur, meng-koordinasi, mengawasi, dan juga Pembina.

Keberhasilan sebuah program management perusahaan banyak ditentukan oleh kepintaran sang manager ‘memasak’ emosi anak buahnya. Manager sang tukang masak’ emosi ini bukanlah tukang suruh, bukanlah diktator dan bukan seseorang yang kalimatnya banyak disisipi kata ‘pokoknya’

“Perusahaan menginginkan kita berubah, kalau tidak mau berubah silahkan memilih masih mau bekerja atau mundur dari pekerjaan. Pokoknya kita semua harus berubah menjadi lebih baik.”

“Pesaing kita semakin banyak. Kita semua harus berubah untuk bisa unggul.”

“Kita semua mulai sekarang harus menambah produktifitas kita. Yang tidak produktif akan rugi sendiri.”

Beberapa contoh kalimat di atas adalah instruksi perubahan, kalimat di atas adalah perubahan yang didikte, perubahan yang dipaksakan.

Mengapa hal tersebut masih banyak terjadi?

Kerena sang manager masih ber-mental pelaksana.

Seorang manager yang ber-mental pelaksana, dalam pikirannya adalah dialah pelaku tugas, dia harus bisa menyelesaikan semua permasalahan yang ada dengan tangannya sendiri. Seorang manager bukanlah pelaksana lagi, dia adalah pemegang kebijakan. Dalam setiap langkah yang dilakukan bersama anak buahnya, seorang manager harus selalu menerapkan rumus O-A-D-I, yaitu: Observing, Analyzing, Designing, Implementing. Melakukan observasi awal, menganalisa keadaan real lapangan, merencanakan tugas, dan melakukan langkah nyata dari rencana tersebut.

Sedangkan “KEBIJAKAN adalah sebuah langkah melanggar peraturan yang bisa dipertanggung jawabkan”. Apabila seorang manager hanya berkata, “peraturannya kan tidak bisa kalau kamu meminta ini. Anda tentu tahu peraturannya kan? Marilah kita kembali kepada aturan kita.” Manager yang seperti itu adalah seorang manager yang tidak memahami makna KEBIJAKAN management.

Apabila semua peraturan tidak bisa dilanggar dan itu adalah harga mati, tentu saja posisi manager menjadi tidak berguna dan tidak ada fungsinya. Ada dan tidak ada manager toh sama saja, karena peraturan adalah harga mati.

Fungsi koordinasi, mengatur dan membina harus lebih muncul. Seorang manager akan memberikan kebebasan berkembang bagi anak buahnya. Memberikan kesempatan untuk kreatif dengan cara menyelesaikan masalah yang ada.

Manager dengan mental pelaksana ini harus dibuang jauh-jauh karena hal ini akan membonsai kemampuan para anak buahnya. Anak buah menjadi tidak berdaya, tidak banyak belajar dari masalah yang ada karena sudah diselesaikan sendiri oleh sang manager.

Apakah anda termasuk seorang manager dengan mental pelaksana? Apabila ada hal di bawah ini yang masih anda lakukan, saat ini adalah masa kritis anda:

1.Sangat berharap tidak ada masalah dalam pekerjaan

2.Apabila ada masalah yang menimpa anak buah, dengan segera dia menyelesaikan lewat tangannya sendiri

3.Banyak melakukan instruksi daripada koordinasi

4.Takut mengambil kebijakan dan memilih menghindari masalah dengan mentaati peraturan secara tegas

5.Melakukan langkah-langkah keputusan tanpa melihat kondisi real, yang dilihat hanyalah nama baik dan keuntungan jabatannya

6.Tidak bisa ‘menjual’ perubahan yang dicanangkan perusahaan, yang ada hanyalah meng-instruksikan perubahan.

Menjadi manager sejati adalah merubah paradigma anda dari pelaksana sebelumnya, menempatkan tugas yang tepat dengan langkah O-A-D-I tadi. Yang terpenting dan sangat penting adalah memberikan kesempatan anak buah untuk berkembang, untuk belajar dari masalah yang ada.

Keberhasilan anda sebagai seorang manager bukanlah diukur dari tidak adanya masalah selama tugas anda, namun diukur dari seberapa banyak anak buah anda yang menjadi berkembang dan menjadi cerdas dari sebelumnya.

Sebagai seorang manager, tentu saja tugas anda adalah ‘menjual’ perubahan dan mengajak anak buah anda melangkah dari comfort zone/zona nyaman kearah dangerous zone/zona berbahaya. Dan hal ini tidak bisa dilakukan dengan INSTRUKSI, dengan DIKTE atau dengan cara diktator.

Anda harus meninggalkan paradigma pelaksana anda sehingga bisa menjadi ‘tukang masak’ emosi anak buah, menguasai komunikasi persuasive untuk ‘menjual’ perubahan yang direncankan sehingga anak buah anda bisa TERGIUR, TERGODA dan bahkan TERBIUS untuk menggulirkan perubahan dan melangkah dari zona nyaman menuju zona bebahaya.

Agung webe

http://inspirasiagungwebe.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun