Suatu pagi di meja sarapan, seorang teman mendadak melontarkan pertanyaan yang menarik, "Kamu tahu autophagy kan? Katanya bagus buat detoks tubuh, tapi harus puasa lama, ya?"
Saya tertawa kecil sambil menyesap teh hangat. "Autophagy itu bukan sekadar soal puasa lama. Kalau tahu caranya, kamu bisa mencapainya tanpa perlu merasa kelaparan," jawab saya santai.
Dia terlihat penasaran, jadi saya mulai menjelaskan. Autophagy, kata yang berasal dari bahasa Yunani, secara harfiah berarti "memakan diri sendiri" (auto = diri sendiri, phagy = makan).
Jangan salah paham, ini bukan tentang tubuh kita yang 'menghancurkan' diri sendiri secara negatif. Sebaliknya, ini adalah mekanisme alami tubuh untuk membersihkan dirinya. Sel-sel kita memecah komponen yang sudah rusak, tidak berfungsi, atau tidak dibutuhkan lagi, kemudian mendaur ulangnya menjadi energi atau bahan baku baru untuk membangun struktur sel.
Proses ini luar biasa penting. Bayangkan tubuh kita seperti rumah yang dihuni selama puluhan tahun. Kalau tidak pernah dibersihkan atau direnovasi, apa yang terjadi? Pasti berantakan dan penuh barang-barang usang, bukan? Begitu pula sel-sel tubuh kita. Tanpa autophagy, tumpukan protein rusak dan organel sel yang usang akan menghambat fungsi tubuh.
Banyak orang berpikir autophagy hanya bisa dicapai lewat puasa panjang, seperti water fasting selama 72 jam. Memang benar, puasa total adalah salah satu cara tercepat untuk mengaktifkan autophagy. Namun, metode ini tidak mudah dilakukan oleh semua orang. Nah, di sinilah pola makan Metabolic Boot Camp menjadi solusi.
Program Metabolic Boot Camp didesain untuk memperbaiki metabolisme tubuh secara alami. Dengan pola makan rendah karbohidrat, tinggi protein, dan kaya lemak sehat, tubuh secara bertahap beralih dari menggunakan gula sebagai sumber energi kepada lemak sebagai sumber energi. Proses ini menurunkan kadar insulin, salah satu kunci penting untuk memicu autophagy.
Saya ingat salah satu peserta program yang pernah berbagi cerita. Setelah menjalani Metabolic Boot Camp selama beberapa minggu, dia terkejut karena merasa lebih kenyang dan energik, meski makannya sederhana: daging, ayam, ikan, tahu, tempe, alpukat, dan stroberi. Tanpa disadari, dia sudah mempraktikkan intermittent fasting alami. Karena kenyang lebih lama, waktu makan terakhirnya biasanya sekitar pukul 19.00, dan dia baru merasa lapar keesokan harinya sekitar pukul 10.00.
Tanpa sadar, jeda makan 14-16 jam itu sudah cukup untuk mendukung proses autophagy di tubuhnya. Ini yang membuat Metabolic Boot Camp menjadi unik. Anda tetap makan enak tanpa rasa lapar, tapi tubuh tetap melakukan "pembersihan" sel dengan cara alami.
Selain waktu makan yang lebih panjang, jenis makanan dalam Metabolic Boot Camp juga berperan besar. Beberapa makanan yang direkomendasikan, seperti tahu, tempe, ikan, dan alpukat, mengandung senyawa yang mendukung proses autophagy.
- Tempe dan tahu, misalnya, mengandung polifenol, yaitu senyawa alami yang berfungsi sebagai antioksidan. Polifenol membantu tubuh melawan stres oksidatif, salah satu penyebab utama kerusakan sel.
- Ikan, terutama ikan berlemak seperti salmon atau mackerel, kaya akan omega-3. Lemak sehat ini tidak hanya baik untuk otak, tetapi juga membantu mengurangi peradangan kronis, sehingga memaksimalkan autophagy.
- Alpukat adalah sumber lemak sehat lainnya yang mendukung metabolisme dan menjaga tubuh tetap energik tanpa gula tambahan.