Dharma Pongrekun, seorang tokoh yang tengah mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta, baru-baru ini menjadi pusat perhatian setelah mengeluarkan pernyataan kontroversial terkait durasi pendidikan di sekolah dasar. Dalam sebuah pidato, Dharma mempertanyakan mengapa sekolah dasar harus ditempuh selama enam tahun, dan menyebut bahwa durasi tersebut memiliki afiliasi dengan "Dajjal." Klaim ini langsung memicu kehebohan di masyarakat, terutama karena memuat unsur konspiratif dan berpotensi menyesatkan.
Pendidikan Dasar di Indonesia: Mengapa Enam Tahun?
Sebelum mendalami pemikiran Dharma, ada baiknya kita memahami mengapa pendidikan dasar di Indonesia dirancang selama enam tahun. Sistem pendidikan di Indonesia, seperti di banyak negara lain, diatur oleh pemerintah melalui kebijakan yang ditetapkan dalam kurikulum nasional. Sekolah Dasar (SD) di Indonesia ditempuh selama enam tahun, dimulai dari kelas 1 hingga kelas 6. Setelah lulus dari SD, siswa melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) selama tiga tahun, dan kemudian Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Kejuruan (SMK) selama tiga tahun lagi.
Durasi pendidikan dasar selama enam tahun di Indonesia didasarkan pada berbagai faktor, termasuk usia perkembangan anak dan kebutuhan kurikulum. Pada usia 6 hingga 12 tahun, anak-anak berada dalam tahap kognitif yang sangat penting, di mana mereka mulai belajar membaca, menulis, berhitung, serta mengembangkan keterampilan sosial dan emosional mereka. Masa enam tahun ini dirasa cukup untuk memberikan fondasi akademik yang kuat sebelum anak-anak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Di Indonesia, penetapan durasi pendidikan dasar juga mengikuti standar internasional dan rekomendasi dari badan pendidikan global seperti UNESCO. Tujuannya adalah memberikan pendidikan yang merata dan berkualitas, di mana anak-anak dapat menguasai kompetensi dasar yang diperlukan untuk tahap berikutnya dalam pendidikan dan kehidupan mereka.
Fakta di Berbagai Negara: Tidak Selalu Harus Enam Tahun
Penting untuk dicatat bahwa durasi pendidikan dasar di berbagai negara tidak selalu sama. Beberapa negara menerapkan durasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan pendidikan nasional mereka. Misalnya, di Jepang, sekolah dasar berlangsung selama enam tahun, namun setelah itu ada tiga tahun tambahan di sekolah menengah pertama (setara dengan SMP di Indonesia). Sementara itu, di negara-negara seperti Inggris, durasi pendidikan dasar (primary education) biasanya berlangsung selama lima hingga enam tahun tergantung pada daerah atau negara bagian. Di Finlandia, yang sering dianggap memiliki salah satu sistem pendidikan terbaik di dunia, pendidikan dasar berlangsung selama sembilan tahun tanpa pemisahan yang jelas antara SD dan SMP.
Amerika Serikat memiliki struktur yang berbeda di setiap negara bagian. Ada yang membagi pendidikan dasar menjadi tiga tahap: elementary school (lima tahun), middle school (tiga tahun), dan high school (empat tahun). Artinya, meskipun ada variasi dalam lamanya waktu yang dihabiskan di sekolah dasar, durasi tersebut dirancang untuk memenuhi kebutuhan masing-masing negara.
Dari sini, terlihat bahwa tidak ada satu model yang mutlak benar mengenai lamanya masa sekolah dasar. Setiap negara memiliki pendekatan yang sesuai dengan budaya, sejarah, dan kebutuhan pendidikan mereka sendiri.
Pandangan Dharma Pongrekun: Konspirasi yang Perlu Ditelaah Ulang
Pernyataan Dharma Pongrekun yang mengaitkan sistem pendidikan dasar enam tahun dengan "Dajjal" menunjukkan pandangan yang sangat konspiratif. Menyebut bahwa ada afiliasi antara lamanya waktu di sekolah dengan entitas semacam Dajjal tidak hanya tidak berdasar, tetapi juga dapat menimbulkan ketidakpahaman di kalangan masyarakat.
Pemikiran yang didorong oleh teori konspirasi cenderung mengabaikan fakta dan bukti nyata. Pendidikan adalah proses yang didesain melalui kajian yang mendalam oleh para ahli di bidangnya, dengan tujuan untuk memberikan anak-anak bekal yang dibutuhkan untuk masa depan mereka. Mengaitkan pendidikan dengan ide-ide konspiratif seperti ini justru dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap sistem pendidikan nasional.
Dharma sebaiknya melakukan lebih banyak studi banding dan membuka diri terhadap fakta-fakta yang ada di berbagai negara. Durasi pendidikan dasar yang bervariasi di seluruh dunia menunjukkan bahwa setiap negara merancang sistem pendidikannya sesuai dengan kebutuhan dan tantangan masing-masing. Bukan karena agenda tersembunyi atau konspirasi global.