Jena mulai menceritakan tentang kejadian di rumah sakit, khususnya tentang pasien epilepsi yang secara misterius menyampaikan pertanyaan yang sangat pribadi dan mendalam kepadanya. "Dia bertanya, 'Apa kamu sudah menemukan apa yang paling kamu cari dalam hidup ini?' tepat setelah kejang. Itu terasa begitu... langsung dan personal, Reno. Saya tidak tahu harus bagaimana mengartikannya."
Mendengarkan dengan penuh perhatian, Reno memegang tangan Jena, memberikan dukungan. "Jena, apa yang kamu alami adalah contoh klasik dari fenomena yang dalam psikologi kita sebut 'apophenia'---kecenderungan untuk melihat pola atau hubungan dalam kejadian acak," jelas Reno. "Ini adalah sesuatu yang sering terjadi, terutama di bawah tekanan atau saat mengalami kelelahan emosional."
Jena merenungkan penjelasan Reno. "Jadi, kau pikir itu hanya kebetulan? Bahwa mungkin aku terlalu stres atau lelah sehingga pikiranku mencoba menemukan makna yang tidak ada?"
"Benar," Reno mengangguk. "Kita semua mencari jawaban atau tanda, terutama dalam profesimu, di mana setiap keputusan bisa sangat berarti. Namun, penting untuk mengingat bahwa tidak setiap kejadian memiliki makna yang tersembunyi atau pesan yang ditujukan secara pribadi kepada kita."
Reno melanjutkan penjelasannya, menyentuh topik yang lebih dalam tentang bagaimana konsep apophenia tidak hanya relevan dalam situasi kebetulan, tetapi juga sering dieksploitasi oleh beberapa praktisi paranormal yang kurang bermoral. "Apophenia, dalam konteks psikologi, juga sering dimanfaatkan oleh orang-orang yang mengaku sebagai paranormal," ujarnya, serius. "Mereka menggunakan ini untuk meyakinkan kliennya bahwa pola atau pesan umum---yang sebenarnya bisa berlaku untuk siapa saja---adalah sesuatu yang khusus dan unik untuk klien tersebut."
"Praktik semacam ini dapat sangat menyesatkan," lanjut Reno, "karena membuat orang percaya bahwa ada makna mendalam atau pesan pribadi dalam kejadian yang sebenarnya acak dan tidak spesifik. Ini bisa membuat seseorang terlalu fokus pada mencari 'tanda-tanda' dalam kehidupan sehari-hari yang sebenarnya tidak ada hubungan sebenarnya dengan mereka."
Sambil menyeruput kopi hangatnya, Reno mulai memberikan contoh konkret untuk membantu Jena memahami konsep apophenia lebih lanjut. "Misalnya," katanya, "orang sering melihat wajah dalam pola-pola acak seperti awan, tekstur kayu, atau bahkan noda di dinding. Otak manusia secara alami cenderung mencari keteraturan dan makna, bahkan di tempat-tempat di mana tidak ada niat atau desain yang jelas."
Reno memberi contoh lain yang lebih dekat dengan pengalaman sehari-hari. "Kamu pasti pernah mengalami saat kamu mendengar lagu tertentu di radio dan saat itu juga tepat saat kamu memikirkan seseorang, atau mungkin saat kamu secara kebetulan bertemu dengan teman lama di kota yang sangat besar. Banyak orang mungkin mengartikan ini sebagai 'tanda' atau 'nasib', padahal ini hanyalah kebetulan yang sebenarnya cukup umum terjadi."
Dia menjelaskan lebih lanjut, "Di media sosial, apophenia bisa terjadi saat algoritme menampilkan iklan tentang produk yang baru saja kita bicarakan. Banyak yang berpikir itu karena perangkat mereka 'mendengarkan', tapi sering kali, ini hanyalah karena perilaku penjelajahan kita yang sudah tercatat dan algoritma yang menerjemahkannya sebagai minat."
Reno menekankan bahwa pentingnya kesadaran tentang fenomena ini adalah untuk membantu menghindari kesimpulan yang tidak tepat tentang hubungan sebab akibat, yang bisa menyebabkan keputusan yang kurang informasi atau bahkan khayalan yang tidak beralasan.