Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Konsultan - wellness coach di Highland Wellness Resort

Makan dengan makanan yang kita olah sendiri dengan bumbu organik tanpa perasa dan bahan kimia, dapat menyembuhkan hampir semua penyakit.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengkultusan Seorang Cak Nun

19 Januari 2023   05:06 Diperbarui: 19 Januari 2023   05:09 1020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari pekanbaru.tribunnews.com

Belakangan viral video Cak Nun yang mengibaratkan Presiden Jokowi seperti Firaun. Walaupun kemudian Cak Nun mengklarifikasi bahwa dirinya mengaku 'kesambet' dan minta maaf (tanpa menyebut nama kepada siapa).

Peristiwa ini menarik, bukan karena pandangan politik atau dukungan politik kepada siapa. Peristiwa ini menarik karena siapapun kita, mungkin saja dapat 'meledak' apabila ada rasa kecewa yang terlalu dalam dan kita tidak dapat mengelola rasa kecewa tersebut. Apakah Cak Nun mempunyai kekecewaan terhadap pemerintahan Jokowi? Apabila ditelusuri dari banyak ceramahnya pada acara-acara Cak Nun, sangat mungkin kekecewaan itu ada.

Cak Nun (mungkin saja) merasa memahami dan paling mengerti visi dari Soekarno. Dalam beberapa ceramahnya ia kerap mengutip visi-visi Soekarno dan bangga dengan kecerdasan Soekarno. Mungkin Cak Nun menganggap bahwa anak-anak Soekarno tidak mampu menterjemahkan visi bapaknya, apalagi Megawati yang memimpin partai besar PDIP yang mengusung Presiden Jokowi.

Jadi Cak Nun itu kecewa kepada Jokowi atau kepada Megawati atau kepada PDIP? Entahlah. Yang jelas, bukan hanya Cak Nun yang pernah mengalami kekecewaan. Kita semua pernah mengalami rasa kecewa. Ya, kecewa terhadap hal apa saja. Apabila semua orang pernah mengalami rasa kecewa, lalu yang membedakan satu orang dengan lainnya apa? Yang membedakan adalah respon kita terhadap rasa kecewa tersebut.

Ada orang kecewa dan kemudian dia mengajak orang lain untuk kecewa juga. Dia menularkan kekecewaannya. Dia tidak rela kecewa sendirian dan membuat kecewa berjamaah. Namun di sisi lain ada orang yang kecewa lalu melakukan introspeksi diri, karena mungkin saja kekecewan itu hadir karena harapan dirinya yang tidak realistis. Orang kedua ini adalah orang yang berbudaya karena dia dapat membudayakan rasa kecewa menjadi energi positif untuk dirinya. Orang pertama menjadi orang yang tidak berbudaya karena ia menjadi orang primitif yang tidak mempunyuai budi dan daya. Atau mungkin saja Cak Nun sedang tidak ingin disebut sebagai budayawan, atau bahkan lupa bahwa dirinya budayawan?

Tapi yang jelas, Cak Nun tidak pernah salah di mata pengikutnya yang fanatik. Pengikut fanatik inilah yang akan membenarkan atau bahkan memberi tepuk tangan setiap kata yang diucapkan Cak Nun, entah benar atau salah, entah bermanfaat atau tidak.

Bahkan Presiden Jokowi yang diibaratkan Firaun mungkin saja juga dibenarkan oleh pengikut fanatiknya dan juga oleh barisan yang kecewa terhadap pemerintahan Jokowi. Bagi barisan-barisan kecewa ini, apapun yang dilakukan presiden 'harus salah'. Walaupun ekonomi mengalami penguatan, pembangunan berjalan lancar, dunia kerja berjalan, semua itu akan tampak salah dan cacat.

Di sisi lain, ada hal yang lebih menarik tentang respon, yaitu sikap anak Presiden Jokowi, Gibran yang menjabat sebagai Walikota Surakarta. "Santai wae, rasah sitik-sitik lapor, koyo ra duwe gawean wae." -- Santai saja, tidak perlu dikit-dikit lapor.

Aha! Mungkin saat ini gelar budayawan sudah pindah ke Gibran dari Cak Nun!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun