Akan terjadi pertikaian, perselisihan bahkan perang saudara apabila banyak orang-orang seperti pak Ahmat yang mengatakan, "Mengapa saya harus meminta maaf atas kebenaran yang saya yakini?" Namun pak Ahmat tidak ditindak, tidak ditangkap bahkan makin laris ceramahnya.
Zhang, kalau kamu minta maaf maka kamu tidak sekedar keren, tapi lebih keren! Dengan begitu kamu menunjukkan kualitas yang beda dari mereka-mereka yang selalu membenarkan keyakinannya sendiri. Tapi, siapa tahu Yesus  yang kamu temui memang menyuruhmu demikian. Dan itu jelas bukan Yesus yang dikenalkan oleh Romo Magniz kepadaku. Bukan Yesus yang dikenalkan Romo Mangun padaku.Â
Di atas semua ini, bagian keren dirimu juga terlihat bahwa kamu meneteskan air mata saat bicara tentang Pancasila. Ya, bukan hanya  kamu. Kita semua sedang sedih dan prihatin atas rongrongan terhadap Pancasila. Namun jangan buat Pancasila makin menangis hanya karena ucapan, "Mengapa saya harus meminta maaf atas kebenaran yang saya yakini?"Â
Beritakanlah kebenaranmu Zhang dengan tanpa menyalahkan kebenaran yang lain. Lebih keren katamu yang menyebut Nabi Pancasila. Saya yakin kalau Pancasila tidak akan marah kalau ada orang yang mengaku Nabi pembawanya. Ya karena Pancasila bukanlah sosok. Ia adalah nilai yang selalu hidup di hati para pecinta. Yang bisa marah dan beringas tentu saja hanya sosok nafsu-nafsu angkara murka yang menjelma menjadi Tuhan. Dan ironisnya nafsu-nafsu angkara murka seperti itu disembah sebagi Tuhan Yang Maha Kasih Sayang.
Tabik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H