Proses perpaduan dan pembelajaran yang sangat beragam dari beberapa pemahaman kepercayaan atau aliran-aliran agama dapat melahirkan sikap toleransi dan apresiasi. Setiap orang yang belajar tentang beragam pemahaman kepercayaan dan aliran agama akan memahami latar belakang agama tersebut, sehingga ia tidak menjadi fanatik buta dan tidak mengedepankan bahwa hanya agamanya yang paling benar.
Cara pandang Gnostic ini tentu menekankan sikap perpaduan, bukan sikap mencari kesalahan. Karena ada juga orang yang belajar agama lain hanya ingin mencari salah atau mencari mana yang benar sehingga tujuannya belajar bukan lagi menjadi perpaduan dan keselarasan, namun untuk menjatuhkan yang lain.
Setiap orang yang berpikiran terbuka (entah itu ‘believer’ atau ‘non believer’) dan belajar beberapa pemahaman kepercayaan atau aliran-aliran agama dengan tujuan untuk perpaduan dan keselarasan bagi perkembangan dirinya, maka cara pandang itu dapat disebut sebagai Gnostic, walaupun orang tersebut tidak mau diakui secara terbuka sebagai Gnostic.