Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku tema-tema pengembangan potensi diri

Buku baru saya: GOD | Novel baru saya: DEWA RUCI | Menulis bagi saya merupakan perjalanan mengukir sejarah yang akan diwariskan tanpa pernah punah. Profil lengkap saya di http://ruangdiri.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Buzzer di Ruang Publik, Apakah Dapat Dihindari?

10 Oktober 2019   23:49 Diperbarui: 10 Oktober 2019   23:52 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto koleksi pribadi

Pernahkah membaca berita yang sangat masif di media sosial yang kemudian berita itu bergulir 'viral' dan dibicarakan setiap akun? Tentu saja di tahun politik ini berita-berita yang masif itu banyak bertebaran. Berita itu kemudian ada yang diyakini dan bahkan diikuti sebagai pilihan sikap dan tindakan.

BUZZ atau lonceng yang bermakna membunyikan lonceng sehingga suaranya terdengar dan membangunkan banyak orang. Itulah tujuan utama buzzer, yaitu  bersuara di ruang public.  Di era media sosial yang terkenal dengan era #mob (mobilisasi -- istilah dari Rhenald Kasali), suara-suara untuk memobilisasi di media sosial adalah hal yang tidak dapat dielakkan. Ini adalah tuntutan teknologi.

Buzzer bukanlah kegiatan negatif. Namun di era politik ini istilah buzzer menjadi berkonotasi negatif karena berkaitan dengan dukung mendukung partai politik dan banyak menggunakan ujaran kebencian. 

Buzzer merupakan sebuah profesi yang sangat mungkin digeluti secara serius di era media sosial ini.

Buzzer, influencer atau rain maker adalah sebutan dengan fungsi yang sama. Di Instagram, para anak muda yang melakuan bisnis online sering menggunakan buzzer untuk mempromosikan produknya. Atau bukan saja produk, mereka yang mempunyai follower banyak dapat melakukan buzzer seperti edukasi pengetahuan, ideologi atau gaya hidup.

Bagaimana kita menanggapi fenomena buzzer yang jadi tren saat ini? Kita tidak dapat menghindari atau menghapusan buzzer ini, karena hal ini merupakan fenomena sosial. 

Yang dapat kita lakukan adalah memberi edifikasi kepada lingkungan terdekat kita untuk mengenali mana buzzer yang bermanfaat dan mana yang tidak.

Ada buzzer yang berusaha melakukan manipulasi opini. Misalnya ada orang yang tidak baik kelakuannya, namun dia 'buzz' sehingga berita media sosial dipenuhi kebaikan-kebaikan yang dapat menggiring opini umum sehingga orang yang tidak baik kelakuannya dianggap baik. 

Kalau demikian maka kehadiran buzzer bagaikan mata pisau yang dapat berdampak positif maupun negatif, tergantung siapa yang memakainya. Artinya apabila ia dipakai untuk promosi produk, maka tentu saja buzzer seperti itu merupakan profesi yang menjanjikan.

Saya juga pernah melakukan 'buzz' tentang kopi belakangan ini, yaitu berita secara masif tentang apa saja yang berkaitan dengan kopi. Entah foto biji kopi, kegiatan kopi, alat kopi atau cara seduh kopi. 

Apakah saya ahli dalam bidang kopi? Tentu saja tidak. Seperti juga buzzer politik atau buzzer produk, apakah mereka ahli politik dan produk itu? Tentu tidak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun