Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Konsultan - wellness coach di Highland Wellness Resort

Makan dengan makanan yang kita olah sendiri dengan bumbu organik tanpa perasa dan bahan kimia, dapat menyembuhkan hampir semua penyakit.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Chris Cornell, antara Kekayaan dan Kematian

16 Juli 2017   21:46 Diperbarui: 16 Juli 2017   23:38 1773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo credit: talkingmetal.com

Aku patah hati, tapi aku akan mendukungmu dan aku akan mengurus anak-anak kita. Aku akan memikirkanmu setiap menit di setiap harinya dan aku akan berjuang untuk dirimu. Kamu benar ketika mengatakan bahwa kita adalah belahan jiwa. Aku bisa katakan bahwa jalan yang telah kita lalui bersama akan kita lalui lagi, dan aku tahu kamu akan menemukanku, dan aku akan menunggumu di sini.

Aku mencintaimu lebih dari siapa pun yang mencintai orang lain di sejarah percintaan dan lebih dari siapa pun yang akan melakukannya.

Selalu dan selamanya,

Vicky-mu

Kalau sampai isrti Chris tidak menyadari sebuah beban yang dialami oleh suaminya dan Chris harus membawanya sendiri, menanggung sendiri sampai merasa tidak kuat dan memutuskan bunuh diri, maka ada yang 'salah' dengan hubungan seperti itu. Seharusnya, (kembali lagi bahwa ini adalah angan-angan ideal), bahwa penyertaan istri Chris tidak akan sampai menjadikan kejadian bunuh diri tersebut yang bagi Chris menegaskan sebuah pesan bahwa "tidak mampu lagi meneruskan hidup karena sebab tertentu".

Terlepas dari penyebab kematian dengan gantung diri bagi Chris Cornell, kita semua yang membaca berita tersebut kembali disadarkan (kalau sadar) bahwa kekayaan dan ketenaran bukanlah segala-galanya. Memang tidak ada yang salah mengejar kekayaan dan ingin mewujudkan menjadi orang kaya. Namun ketika keinginan itu menjadi sebuah obsesi maka ketidaksadaran akan menyertai langkah untuk meraih kekayaan.

Mungkinkah ada relung batin yang kosong yang tidak dapat diisi oleh kekayaan dan ketenaran? Relung batin yang hanya dapat diisi oleh keheningan? Mungkin saja. Lalu berapa banyak berita seperti ini lagi yang dapat menyadarkan kita bahwa kekayaan dan ketenaran bukanlah segala-galanya?

Ataukah kita menunggu berita yang sama yang akan kita dengar? Sebelum semua terlambat, ada baiknya kita kembali melihat semua hal yang sudah, sedang dan akan kita lakukan. Apa obesimu? Dan untuk apa kau lakukan semua ini?

"Dan bagi Anda yang menyertai orang terdekat Anda untuk tumbuh bersama, jangan biarkan ia menanggung bebannya sendiri dan membiarkan ia menyelesaikannya sendiri. Cinta dan kasih sayang Anda merupakan harta yang tak ternilai dari bentuk kekayaan dan ketenaran apapun juga".

Salam damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun