Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Konsultan - wellness coach di Highland Wellness Resort

Makan dengan makanan yang kita olah sendiri dengan bumbu organik tanpa perasa dan bahan kimia, dapat menyembuhkan hampir semua penyakit.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Khilafah, Ratu Adil dan Sabdo Palon

15 Mei 2017   01:24 Diperbarui: 15 Mei 2017   01:40 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya masih menuliskan tentang khilafah. Namun saya tidak menuliskan sejarahnya, visinya ataupun apakah Indonesia mau dibuat sebagai ideologi khilafah (islamiyah) atau bukan. Tentang khilafah itu apa, sudah banyak keterangannya dan bisa di cari di google. Atau berita yang sedang trend lagi adalah organisasi HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) yang dikenal mengusung ideologi khilafah untuk Indonesia, sampai mengapa Hizbut Tahrir banyak ditolak di negara-negara Islam lainnya.

Sebagai sebuah ideologi, saya akan melihat khilafah dari sisi yang lain, seperti halnya ratu adil dan kebangkitan sabdo palon Majapahit.

Apabila kita bertanya kapan khilafah ini akan tegak? Maka jawabannya adalah Khilafah sebuah keniscayaan. Ada dan tidak adanya kita (manusia jaman ini) maka khilafah akan berdiri. Kapan? Sekali lagi jawabannya adalah keniscayaan. Dan sejak masuknya HT ke Indonesia pada tahun 1980an yang dikatakan sebagai waktu keniscayaan memang tidak ada target pastinya. Sehingga setiap ganti generasi, jawaban keniscayaan merupakan jawaban yang membangun mimpi-mimpi, seperti ungkapan, “akan indah pada waktunya”.

Ratu Adil, bagi masyarakat Jawa yang diyakini akan muncul nanti entah kapan juga akan membawa sebuah kondisi yang ‘gemah ripah loh jinawi’.Sehingga sebuah kalimat simbol yang terkenal yaitu, No-to-no-go-ro, yang merupakan ramalan dari Prabu Joyoboyo, diyakini bahwa ‘ro’ terakhir merupakan nama yang akan membawa Indonesia kepada kemakmuran. Lalu atas utak-atik gatuk, maka  nama-nama presiden dicocokkan dengan sebutan No-to-No-go-ro tersebut. Kapan ‘ro’ terakhir muncul? Jawabannya adalah sebuah keniscayaan!  Dan dengan adanya ramalan tersebut, maka masyarakat yang sedang dalam kondisi terhimpit, kesusahan, tetap mempunyai harapan untuk bergerak dan hidup sambil menunggu waktu niscaya tersebut.

Sabdo Palon, adalah ramalan tentang kebangkitan kejayaan Majapahit. Sabo Palon sendiri adalah seorang pandita dan penasehat dari Brawijaya V, raja Majapahit. Tidak dapat dipastikan apakah tokoh ini benar ada di sejarah atau hanya sebuah simbol. Namun ramalan sabdo palon tentang kebangkitan Majapahit diyakini benar bagi masyarakat Jawa yang meyakininya. Setelah Brawijaya digulingkan pada tahun 1478, Sabdo Palon bersumpah akan kembali lagi 500 tahun kemudian, yaitu saat jaman dimana korupsi merajalela dan bencana alam melanda. Ia akan menyapu Islam dari Jawa dan mengembalikan keyakinan Majapahit tegak kembali.

Kalau dihitung 500 tahun setelah 1478 adalah tahun 1978, saat itu terjadi bencana dengan meletusnya Gunung Semeru, dan sebagian meyakini ramalan itu benar akan terjadi. Namun sampai sekarang Sabdo Palon tidak kunjung muncul. Bahkan masyarakat yang meyakini masih menunggu karena jaman ini korupsi makin melanda dan janji Sabdo Palon adalah jawaban untuk mewujudkan masyarakat adil makmur tersebut.

Khilafah, Ratu Adil dan Sabo Palon adalah sebuah keniscayaan. Ya, tiga hal itu lahir dalam masa masyarakat yang meyakini masing-masing kondisi tersebut sedang dalam kondisi terpuruk dan mengharapkan kebangkitan dari masa kejayaan yang pernah dipunyainya.

  • Khilafah pernah jaya semasa Nabi menjadi khalifah itu sendiri.
  • Tanah Jawa meyakini ada impian gemah ripah loh jinawi kalau dipimpin oleh ratu adil.
  • Sabdo Palon adalah sebuah mimpi dari kejayaan Majapahit.

Dengan adanya mimpi dan harapan tersebut, masyarakat terus bergerak. Tidak terpuruk dalam pesimisme atas kondisi yang tidak ideal menurutnya. Setidaknya ini hampir sama dengan harapan yang diserukan oleh Musa tentang Tanah yang dijanjikan. Kapan tanah yang dijanjikan itu ditemukan? Jawabannya adalah sebuah keniscayaan.

Apabila kita meyakini bahwa khilafah, ratu adil, sabdo palon merupakan sebuah kejadian peristiwa kembali, maka kita hidup dalam mimpi. Kita masih hidup dalam sebuah ‘mitos’ yang sangat mungkin diciptakan untuk sebuah perkembangan atau malah evolusi kehidupan itu sendiri.

Ya, saya menyebutnya sebagai mitos.

Apabila kita menyadari bahwa sebuah mitos diciptakan untuk pertumbuhan, maka yang harus disadari bersama adalah pesan dibalik mitos tersebut. Apa pesan khilafah? Apa pesan ratu adil? Apa pesan sabdo palon? Tentu saja pesan ini bukan bentuk fisiknya, namun kesadaran yang dibawanya.

Kesadaran tentang khilafah, ratu adil dan sabdo palon adalah sama, yaitu pemimpin yang mampu, berakal, tegas, adil, jujur, bijaksana (semua sifat ideal). Apabila kebangkitan khilafah, ratu adil dan sabdo palonadalah kebangkitan sebuah kesadaran, maka jelas ini adalah sebuah keniscayaan! 

  • Apabila kesadaran ini bangkit di dalam diri setiap manusia Indonesia, maka ia telah menegakkan apa yang dinamakan khilafah.
  • Apabila kesadaran ini bangkit di dalam diri setiap manusia Indonesia, maka ia telah melahirkan apa yang dinamakan ratu adil.
  • Apabila kesadaran ini bangkit di dalam diri setiap manusia Indonesia, maka ia telah mewujudkan apa yang dinamakan sumpah sabdo palon.

Namun apabila masing-masing masyarakat dengan keyakinannya sendiri-sendiri mengharapkan bentuk fisik dari semua hal di atas, tentu saja keniscayaan sebuah perpecahan tidak akan terhindarkan.

Kita tidak akan dapat mengubah Indonesia menjadi lebih baik, yang dapat kita lakukan adalah mengubah diri kita sendiri menjadi lebih baik. Dan apabila setiap manusia Indonesia berubah menjadi lebih baik, maka keniscayaan bahwa Indonesia akan lebih baik.

Dengan pemahaman tentang kesadaran seperti di atas (bukan bentuk fisik) maka bagi saya, saya akan tegas mengatakan:

“Mari kita bangkitkan kesadaran khilafah di Indonesia! Mari kita bangkitkan kesadaran Ratu Adil di Indonesia! Mari kita bangkitkan sumpah Sabdo Palon di Indonesia!”

Dimana kesadaran itu akan bangkit? Tentu saja di dalam diri setiap manusia Indonesia! Bukan sebagai bentuk sistem pemerintahan, bukan sebagai ideologi, bukan sebagai agama, bukan sebagai peratuan atau syariat tertentu. Namun ia sebuah kesadaran, sebuah kesadaran bersama – collective consciousness – lebih tepat saya sebut sebagai Indonesian collective consciousness –Kesadaran kolektif manusia Indonesia.

Salam NKRI!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun