Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Konsultan - wellness coach di Highland Wellness Resort

Makan dengan makanan yang kita olah sendiri dengan bumbu organik tanpa perasa dan bahan kimia, dapat menyembuhkan hampir semua penyakit.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Khilafah, Ratu Adil dan Sabdo Palon

15 Mei 2017   01:24 Diperbarui: 15 Mei 2017   01:40 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kesadaran tentang khilafah, ratu adil dan sabdo palon adalah sama, yaitu pemimpin yang mampu, berakal, tegas, adil, jujur, bijaksana (semua sifat ideal). Apabila kebangkitan khilafah, ratu adil dan sabdo palonadalah kebangkitan sebuah kesadaran, maka jelas ini adalah sebuah keniscayaan! 

  • Apabila kesadaran ini bangkit di dalam diri setiap manusia Indonesia, maka ia telah menegakkan apa yang dinamakan khilafah.
  • Apabila kesadaran ini bangkit di dalam diri setiap manusia Indonesia, maka ia telah melahirkan apa yang dinamakan ratu adil.
  • Apabila kesadaran ini bangkit di dalam diri setiap manusia Indonesia, maka ia telah mewujudkan apa yang dinamakan sumpah sabdo palon.

Namun apabila masing-masing masyarakat dengan keyakinannya sendiri-sendiri mengharapkan bentuk fisik dari semua hal di atas, tentu saja keniscayaan sebuah perpecahan tidak akan terhindarkan.

Kita tidak akan dapat mengubah Indonesia menjadi lebih baik, yang dapat kita lakukan adalah mengubah diri kita sendiri menjadi lebih baik. Dan apabila setiap manusia Indonesia berubah menjadi lebih baik, maka keniscayaan bahwa Indonesia akan lebih baik.

Dengan pemahaman tentang kesadaran seperti di atas (bukan bentuk fisik) maka bagi saya, saya akan tegas mengatakan:

“Mari kita bangkitkan kesadaran khilafah di Indonesia! Mari kita bangkitkan kesadaran Ratu Adil di Indonesia! Mari kita bangkitkan sumpah Sabdo Palon di Indonesia!”

Dimana kesadaran itu akan bangkit? Tentu saja di dalam diri setiap manusia Indonesia! Bukan sebagai bentuk sistem pemerintahan, bukan sebagai ideologi, bukan sebagai agama, bukan sebagai peratuan atau syariat tertentu. Namun ia sebuah kesadaran, sebuah kesadaran bersama – collective consciousness – lebih tepat saya sebut sebagai Indonesian collective consciousness –Kesadaran kolektif manusia Indonesia.

Salam NKRI!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun