[caption id="attachment_183569" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
Beberapa sikap seorang karyawan yang tanpa ia sadari telah meracuni dirinya sendiri, salah satunya adalah menjelek-jelekkan perusahaan tempat dimana ia bekerja. Sikap ini tentu saja bagi perusahaan tidak akan mempengaruhi apapun juga, namun bagi diri karyawan sendiri merupakan racun perkembangan dalam jiwanya.
Artikel ini saya tulis karena melihat sikap beberapa teman saya yang berstatus karyawan di sebuah perusahaan namun hampir setiap hari selalu mengeluhkan, bahkan mengeluarkan umpatan-umpatan, dan juga menjelek-jelekan segala keputusan yang dibuat oleh perusahaan. Akhirnya saya melihat bahwa ini menjadi semacam virus menular yang dapat menyebabkan lingkungan menjadi tidak kondusif untuk perkembangan dan kemajuan.
Dengan meminjam sebuah ungkapan peribahasa: “Jangan Meludah di Sumur tempat anda Menimba Air untuk Minum” yang diartikan: “Janganlah menjelek-jelekkan perusahaan tempat dimana anda mencari nafkah”
Yang pertama adalah, bahwa sebuah kritik tidak sama dengan mengumpat.
Seorang karyawan diharapkan bisa memberikan kritik yang membangun bagi perusahaan, yaitu sebuah masukan yang disertai solusi-solusi untuk menangani masalah yang ada. Sebuah kritik haruslah disertai solusi dari masalah yang dikritik. Namun Umpatan adalah ungkapan-ungkapan kekesalan yang berisi kata-kata negative yang bersifat menghancurkan (destruktif)
Umpatan, keluhan dan kalimat yang menjelek-jelekkan tempat perusahaan dimana anda bekerja adalah seperti meludahi muka anda sendiri dan sumur tempat anda menimba air untuk minum. Anda sebagai karyawan masih bertahan bekerja disana, namun di sisi lain anda selalu menjelek-jelekkan perusahaan anda. Ini adalah sikap yang mempermalukan diri sendiri.
Tidak ada jalan lain, karena ini merupakan racun tersembunyi dalam diri anda, maka secepatnya anda harus merumuskan ulang Tujuan Hidup Anda. Segala macam umpatan dan sikap menjelek-jelekkan perusahaan anda sendiri tersebut adalah karena anda kehilangan dari Tujuan Hidup.
- “Tujuan hidupku apa sih?”
- “Apa kaitannya pekerjaanku dengan tujuan hidupku?”
Kemudian cari tahu keinginan terdalam (Intensi) anda dalam pekerjaan anda!
- “Keinginan terdalam saya apa dalam pekerjaan saya ini?”
Yang menjadi tak kalah penting adalah, apakah anda punya mimpi besar dalam pekerjaan anda? Saya mengatakan mimpi besar, jadi bukanlah sekedar mimpi. Bila itu hanyalah mimpi atau keinginan biasa, belum bisa dikatagorikan mimpi besar.
Dalam twitter saya, ada yang mention bahwa mimpi besarnya adalah menjadi pilot. Saya mengatakan bahwa menjadi pilot bukanlah mimpi besar, namun salah satu mimpi untuk menuju mimpi besar. Mengapa bukan mimpi besar? Mimpi besar adalah hal ‘tak mungkin’ yang coba anda raih. Bila hal tersebut bisa diraih oleh banyak orang, dan banyak orang bisa melakukannya, maka itu bukanlah mimpi besar. Sebuah mimpi haruslah hal yang tak masuk akal!
Kembali kepada ‘meludah di sumur sendiri’
Akhirnya tidak ada yang bisa dilakukan setelah pertanyaan-pertanyaan reflektif di atas namun anda tetap tidak menemukan apapun dalam pekerjaan anda sekarang. Sekarang saatnya anda memutuskan langkah terakhir yaitu jujur terhadap diri sendiri. Bila anda tetap tidak bisa menerima apapun yang perusahaan anda putuskan di dalam kebijakan perusahaan, maka langkah-langkah anda yang saya namakan “meludah di sumur sendiri” akan menjadikan racun bagi lingkungan, dan langkah mengundurkan diri, keluar dari pekerjaan sekarang adalah langkah yang cocok bagi anda.
Namun bila anda masih membutuhkan perusahaan untuk memberikan nafkah penghasilan bagi anda, sebaiknya pertanyaan-pertanyaan reflektif di atas anda rumuskan kembali.
Satu tips dari saya:
Bila anda tidak bisa mencari lingkungan yang cocok bagi anda, yaitu dengan pemikiran dan ide-ide anda, maka lakukanlah turn around! Turn Arround disini adalah sebuah paradigma. Bila anda tidak bisa mencari, maka ciptakanlah!
Saya ulangi lagi, bila anda tidak bisa mencari, maka ciptakanlah!
Dari mana anda mulai? Rumuskan ide-ide anda, pemikiran anda, menjadi sebuah konsep yang bermutu dan membawa kepada kemajuan. Setelah konsep anda jadi, maka anda harus menjadi role model bagi konsep anda tersebut. Dengan anda menjadi role model bagi ide dan pemikiran anda, maka anda sudah mulai untuk menciptkan lingkungan yang cocok dengan diri anda.
Ingat bahwa perubahan tidak bisa diinstruksikan, perubahan hanya bisa ditularkan!
Stop mengeluh dan mengumpat! : Rumuskan Tujuan Hidup, temukan Intensi, Jujur terhadap diri sendiri, Turn Arround dengan ciptakanlah lingkungan, Menjadi Role Model atas ide anda.
Salam sukses!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H