Mohon tunggu...
Sapta Agung Prasetya Tobing
Sapta Agung Prasetya Tobing Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang mahasiswa jurusan hukum yang percaya bahwa keadilan masih bisa ditegakkan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Cukup Satu Kesempatan

20 Desember 2012   15:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:18 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampus ini, ya di kampus ini. Entah rasa apa yang sedang bergejolak saat ini, mungkin gejolak jiwa seorang anak muda. Sudah 2 semester tetapi baru sekarang merasakan hal yang berbeda.

Aku dan dia memang tidak berbicara sedikitpun bahkan bertegur sapa pun tidak. Aku mengenal dia tetapi sulit bagi mulut ini hanya sekedar mengucapkan "hai." Aku mengenal dia tetapi sulit untuk mengajaknya berbicara, mungkin karena kami mempunyai sifat yang tidak terlalu jauh berbeda. Aku mengenal dia tetapi sulit bagi mata ini untuk memandang wajahnya dalam waktu yg lama. Ya, itulah sekelumit keadaan yang terjadi selama ini.

Sampai suatu hari negara api menyerang (haha). Entah api apa, mungkin api yang datang dari planet nibiru yang katanya akan menghantam bumi. Tapi yang pasti api ini sanggup mencairkan segunung batu es yang selama ini terjaga dengan baik. Waktu itu adalah kampanye pemilihan pemerintahan mahasiswa di kampus. Entah ada angin apa tiba-tiba kami ada di bangku yang sama walaupun jaraknya berjauhan. Menonton objek yang sama. Lalu tak lama kemudian dia tertawa. Ya tertawa melihatku karena teman yang lain meledekku. Mulai saat itu entah kenapa muncul sesuatu berbeda dari dalam hati ini. Sesuatu yang belum pernah aku rasakan sebelumnya ketika aku melihat dia. Akupun memberanikan diri untuk mengobrol padanya. Responnya positif. Ternyata dia tipe orang yang tidak terlalu dingin.

Semenjak hari itu aku semakin sering memperhatikan dia. Aku memperhatikan tingkah lakunya, memperhatikan cara dia berbicara termasuk ketika berbicara denganku. Perasaan "X" ini semakin membesar. Aku tidak tahu apakah ini rasa suka, rasa ingin menjadi sahabat, atau hanya rasa kekagumanku semata atas dirinya.

Keinginanku hanya simpel. Ijinkan aku untuk terus merasakan perasaan seperti ini sehingga aku tahu perasaan apakah ini. Aku tidak mau perasaan ini berlalu seiring dengan berlalunya waktu. Aku ingin pemahaman detail tentang apa yang aku rasakan. Di bulan yang penuh damai ini tidak salah jika aku juga ingin memohon sebuah kado natal, TUHAN berikan aku satu kesempatan, ya cukup satu kesempatan. Kesempatan untuk mendekatinya sehingga semakin jelaslah apa yang aku rasakan sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun