Mohon tunggu...
Agung Bramanto
Agung Bramanto Mohon Tunggu... Penulis -

Kopi Tubruk dan Literatur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Namaku Juni

28 September 2012   03:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:34 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namaku Juni

dan aku tidak lain adalah diriku sendiri, aku masih ingat sekali ketika aku memasuki ujung kelas itu 20 tahun yang lalu saat menuju sudut ruang itu dibawah tangga lantai 2. Dalam khayal aku lalui hari -hari ini dengan banyak cara untuk menyatakan cinta kita. Terkadang Amarah, terkadang kebisuan, terkadang kesibukan, bahkan terkadang curhatan yang tak berarti apa - apa, sekedar mencari perhatian dan sensasi, terkadang cukup dengan kata “ya iyalah sayang…”

Sayang.. keinginan ku untuk mengunjungi ujung kelas itu tak semudah yang dibayangkan, dan berharap aku dapat bertemu denganmu, Menyapaku, mencium tanganku sebagai bentuk rasa simpatik, bahkan diam seperti tak ada apa apa diantara kita, tapi itulah wujud kasih sayang meskipun sebatas melalui kabel telp yang menghubungkan kita untuk tetap berkomunikasi.

Saat rembulan mulai menampakan diri di kegelapan malam, kekasihku pun berpesan "Jika rindu ini tak mampu dipertemukan, lihatlah bulan dan bintang di kejauhan, sampaikan pesanmu disana....", dan aku tetap menjalin cinta dan sayang yang indah denganmu kekasihku putih abu.

Hari ini pun kita masih menyatakan cinta. “ugh.. malas” katamu. Terkadang kamu meminta cinta kita ini diliburkan sebentar saja, wah… break sebentar.. tapi aku tidak mau. Maaf.. sayang, aku tau itu meyenangkan, tetapi kita harus mengejar target. Kita harus melalui semua ini. Demi hari depan kamu juga. Karena aku sungguh-sungguh mencintai kamu. Mungkin amarahku dan ketegasanku terkadang membuatmu jengkel bahkan membuatmu marah. Tapi karena aku sungguh-sungguh mencintaimu, walau terkadang hati ini kamu kecewakan dan lukai. Tapi aku masih tetap disisimu.

Dan aku selalu menanti kau berlalu dan tak lagi melewati ujung kelas itu, demi sebuah cinta yang tak selalu butuh pembalasan, kutuliskan kisah kita ini Sebagai rasa cintaku padamu, Ketika kasih sayang akan tiba, kamu tahu kalau aku sungguh-sungguh mencintaimu. Tidak satu halpun menghalangi cinta ini untukmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun