Begitu banyak ragam macam kehidupan manusia. Masing-masing mempunyai keunikan sendiri. Tak ada satupun manusia didunia ini yang mempunyai pola kehidupan yang sama persis. Mungkin inilah yang dikatakan nasib. So, apa sih nasib itu?
Setiap orang pasti punya cita-cita, harapan, rencana, pola kehidupan atau entah apa namanya yang ingin dijalaninya. Tapi apakah setiap orang dapat dipastikan akan bisa meraih apa yang dicita-citakan, diharapakan? Ada orang yang bisa menjalani kehidupan seperti apa yang dicita-citakan, tetapi banyak pula yang melenceng dari apa yang dicita-citakan. Mungkin inilah yang dikatakan nasib.
Banyak contoh kehidupan ini yang mungkin diluar nalar kita. Sejak kecil kita disuruh-suruh belajar keras agar menjadi anak pintar. Kenapa harus pintar? Supaya bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus, yang menghasilkan banyak uang. Benarkah begitu akhir alur dari si orang pintar? O..ternyata kenyataannya tidaklah sesederhana itu.
Berapa banyak orang yang punya kehidupan yang bagus tanpa harus pintar disekolah. Apakah anda mengira Einstein adalah anak yang terpandai disekolah? Atau Bob Sadino adalah jebolan dari unversitas yang bonafit? O..bukan! Tapi tak berhingga pula orang yang gagal menjalani hidup yang disebabkan kegagalan dari bangku sekolah, yang disebut oleh guru mereka sebagai siswa yang tidak pintar. Contohnya..tentu tak etis bila disebut disini.
Adalah wajar (menurut logika umum) bila kehidupan yang dijalani sekarang adalah memang buah dari perjuangan keras belajar agar pintar disekolah. Orang macam ini jumlah berapa? O..bejibun. Habibie si bapak teknokrat adalah seorang pembelajar yang ulung. Adakah orang pintar yang gagal? Masih juga banyak.
Dari dua alenia diatas ini dapat dikelompokkan jenis kehidupan manusia. Bodoh dan sukses (luar biasa),bodoh dan gagal (wajar), pintar dan sukses (biasa), pintar dan gagal (luar biasa). Jangan gusar. dulu, yang saya maksud bodoh disini adalah diukur dari bangku sekolah. Yah, mungkin inilah nasib.
Sekedar flash back dari jaman azali, siapakah diantara calon manusia yang bisa memilih pola kehidupan apa yang akan dijalaninya didunia? Lahir dari orang tua macam apa, dimana, kapan dan sebagainya. Firman Tuhan dalam kitab suci, bahwa semuamanusia telah ditentukan takdirnya bahkan ribuan tahun sebelum manusia diciptakan. Lalu, kalau kehidupan kita seperti sekarang yang dijalani, apakah salah Tuhan? Apakah Tuhan tidak adil, tidak sayang? Wah kalau sudah begini, menyerah deh. Bisa-bisa malah jadi sinting, he he he.
Trus gimana sikap kita? Pasrah? Tentu saja. Manusia (yang berkeyakinan adanaya Tuhan) harus memiliki sifat pasrah ini. Namun sikap pasrah ini bukan berarti diam saja tanpa usaha. Tetap saja kita harus menggunakan logika sebagai manusia. Misal, kita harus belajar agar menjadi pintar. Karena logika manusia kalau pintar akan menjadi orang sukses. Kita harus bekerja agar mendapat uang. Karena logikanya memang begitu. Kalaupun pada akhirnya hasilnya meleset dari logika itu, ya mungkin itulah nasib.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H