Tak perlu lah ku tutup jendela ku Karena sejuk bercampur gerimis di seribu empat ratus meter tlah membukanya menjadi udara rindu Pun pada kabut yang perlahan merayap bergerak melintasi aspal dingin Kemudian menyapa ilalang dan pinus tua Tak perlulah ku halangi takdirnya Karena ia memanjakan mata dan hati untuk kunikmati Di kejauhan, bunga sador ungu terhampar anggun Hanya sedikit saja ia meliukan kuncup kuncupnya yang telah merekah menanti di petik dan tersaji untuk Dewi Danu di pura ulun danu batur Semakin mendekati, semakin mendegupkan dadaku begitu kencang Sungguh, perjalanan yang menakjubkan Melihatnya di ketinggian, seperti hendak berlari dan menjatuhkan tubuhku pada teduh birunya danau di kaki Batur Untuk sesaat saja merenangkan fikiranku bersama nyanyi janggama dan stavira ------- Tapi.. ah, Ia tak mengizinkanku untuk itu Ia nya memaksaku hanya untuk sekedar duduk termenung, menjiwai setiap sedotan asap kretek dan kopi pahit, menikmati gerimis di Kintamani… Suatu waktu, di Kintamani, Bali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H