Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan Humaniora

Kepala Sekolah SD Negeri 010 Sedanau Kab. Natuna Prov. Kepulauan Riau FKIP PBSI UMPRI 2010 FKIP Profesi Guru Universitas Swadaya Gunung Djati 2020

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru dan Refleksi: Sebuah Proses Menemukenali. Oleh: Agung Setiawan

22 Maret 2022   00:32 Diperbarui: 2 April 2022   10:36 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Salah satu ciri guru pembelajar adalah gemar melakukan refleksi. Refleksi ini merujuk bagaimana seorang guru memiliki kemauan dan kesadaran  untuk merenungi serta memahami , menemukan permasalahan-permasalahan,  sekaligus mencari solusi guna memperbaiki proses pembelajaran secara terus menerus agar pembelajaran yang berlangsung dapat berjalan dengan lebih maksimal baik di dalam, maupuan luar kelas.

Lebih lanjut, kegiatan refleksi yang dilakukan oleh seorang guru harusnya memiliki output yaitu bagaimana seorang guru yang melakukan refleksi mampu tergerak sekaligus menggerakkan untuk  merancang serta melakukan inovasi dalam pembelajaran sehingga  timbul pembelajaran yang lebih menarik, pembelajaran yang lebih bermakna serta pembelajaran yang lebih mampu mengakomodasi seluruh peserta didiknya dari beragam aspek demi keberhasilan belajar yang lebih optimal.

Kemampuan refleksi ini selanjutnya diharapkan mampu membuat guru kemudian menemukenali potensi-potensi terpendam yang ada pada setiap diri peserta didik. Potensi berupa minat dan bakat yang dianugrahkan oleh tuhan yang  mungkin tidak disadari oleh orang tua, lingkungan, bahkan dari peserta didik itu sendiri.

Dengan tugas guru yang kini cenderung menumpuk, kadang sebagian guru terjebak pada rutinitas administrasi yang menghabiskan pikiran, tenaga dan juga waktu. Jangan kan melakukan refleksi, guru masa kini cenderung  ikut arus, sedikit kaku, cenderung monoton dan lebih suka main aman. Guru lebih senang mengajar dengan pakem kurikulum yang kadang menghabiskan waktu sehingga tidak sempat bagi guru untuk melihat siapa peserta didiknya, apa latar belakang mereka, hingga akhirnya cenderung mengesampingkan minat dan bakat yang sebenarnya sudah ada di dalam peserta didiknya. 

Masalah kian kompleks ketika kegiatan refleksi ini cenderung diartikan sebagai kegiatan yang buang-buang waktu, cenderung membebani  dan hanya dipahami sebagai bagian dari administrasi sehingga jarang dilakukan oleh guru.  Suatu kecenderungan yang akhirnya melahirkan generasi yang kemudian lebih senang untuk ikut arus, minim inovasi alih-alih penuh prestasi. Sesuatu pencapaian yang perlu digarisbawahi dan dicarikan solusi. 

Generasi-generasi masa depan yang lahir  dari guru yang kurang refleksi akhirnya menjadi generasi-generasi yang disebut "The Strawbery Generation" sebuah generasi baru yang cenderung lemah,  yang  jalan hanya jika di perintah  generasi yang konsumtif bukan generasi yang produktif, generasi yang cenderung destruktif bukan generasi solutif dan kreatif. 

Refleksi harusnya tidak hanya dipahami sebagai bagian administrasi. Refleksi harusnya mampu dipahami  sebagai bentuk tanggung jawab yang dilakukan oleh seorang guru untuk mampu menciptakan generasi-generasi masa depan yang kuat, genarsi yang sehat, generasi berakal dan berbudi luhur, generasi yang mampu berkompetisi bukan lagi generasi yang hanya mampu bermimpi. Masalahnya generasi tersebut hanya lahir dari apa yang disebut refleksi. Pertanyaannya, bagaimana seorang guru mengharapkan anak didiknya pandai berenang jika gurunya sendiri tidak mampu berenang? 

Penulis: Agung Setiawan, S.Pd.,Gr.

Mengajar di SMP Negeri 1 Bunguran Selatan 

Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun