Ngopio Lek, urip mung sepisan..
Di pendopo Astina, tampak bagong sedang termenung, entah apa yang tengah dia pikirkan pastinya bukan karena semalam kalah botoh togel. Wajahnya seakan kosong tanpa mood samasekali, dan kakinya yang cekak sesekali mengusek-usek tanah yang dipijaknya. Sementara Romo Semar terlihat sedang khusyu' dengan peralatan lintingan tembakau pemberian junjungannya ; Prabu Puntadewa. Membolak-balik alat tersebut sambil memasang raut wajah serius.
"iki piye carane yo, Gong.." (ini gimana caranya ya, Gong) tanya Semar pada anaknya tanpa menoleh ke arah Bagong dan tetap meneliti mainan barunya itu.
(bunyi jangkrik.....)
Semar yang merasa tidak direspon kemudian mengalihkan perhatian dan pandangannya ke anak ketiganya itu.
"Gong. Bagong...!" panggilnya.
 "eh..! dalem romo.." sahut Bagong gelagapan karena kaget. Dari ketiga anaknya, hanya Bagong lah yang selalu berkrama-inggil kepada ayahnya, tidak seperti Gareng maupun Petruk.
"kowe kui kenek opo lek.. koyok wong ora duwe cita-cita.." (kamu itu kenapa, nak.. seperti orang yang tidak punya cita-cita) kata Semar.
Bagong cengengesan.
"nganu Mo.." Bagong masih cengengesan. "nganu..." sekarang Bagong justru kebingungan atas pertanyaan romonya.
"hadehhh... gagal fokus awakmu Gong" (gagal fokus kamu Gong) ujar Semar.