Beberapa dari kita mungkin tidak tahu bahwa Islam moderat seperti yang berkembang di Indonesia juga berkembang dengan baik di beberapa negara. Jika di Indonesia dikenal sebagai Islam Nusantara maka di negara lain dikenal dengan nama lain.
Mungkin kita sebutkan di sini adalah muslim di Pakistan juga mengenal tradisi mudik pada saat Idul Fitri sedangkan umat Islam di Maroko juga mengenal tahlilan sebagai bentuk tradisi lokal untuk mendoakan keluarga atau kerabat yang sudah meninggal.
Artinya di beberapa dan mungkin di banyak negara, Islam berinteraksi dengan budaya lokal dan mengambil beberapa hal untuk diaplikasinya dalam agama sebagai jalan tengah atau solusi antara agama yang dianut dengan tradisi setempat tanpa menghilangkan esensi ajaran agama itu sendiri.
Islam di Indonesia  juga serupa. Para penyebar agama atau pihak lain yang tidak sengaja menyebarkan agama (seperti pedagang Gujarat dari India yang kerap berdagang di wilayah Nusantara pada zaman lampau ) tidak mengenalkan kekerasan. Dalam penyebarannya juga selalu berinteraksi dengan budaya lokal  sehingga mereka diterima dan penduduk lokal merasa nyaman menerima agama baru itu.
Para penyebar agama itu (antara lain Wali Songo) kita kenal lama sebagai pihak yang dengan damai mau berinteraksi dengan budaya lokal. Kita tahu sebagaian besar Wali Songo adalah para pendatang dari Yaman (wilayah Arab) yang datang ke Nusantara antara lain untuk merantau sekaligus menyebarkan agama
Mereka berdialog dan hidup toleran dengan penduduk lokal di banyak wilayah yang mereka tinggali. Mereka bahkan menikah dan beranak pinak di Nusantara sehingga kehidupan mereka juga mengedepankan budaya lokal. Mereka mengizinkan orang lokal yang kemudian menjadi muslim itu menjalan kan ajaran agama dengan memadukannya dengan budaya lokal, seperti tahlilan, mudik dll.
Jadi melihat fenomena di Pakistan, maroko, Indonesia, Malaysia dan banyak negara terlihat bahwa Islam moderat adalah islam yang selalu bisa menyesuaikan diri bahkan memperomosikan budaya lokal sehingga Islam bisa dikenal dengan agama damai.
Islam Nusantara adalah Islam moderat atau dikenal sebagai Islam Washatiyah yang tidak kaku atau fleksibel. Islam yang berkembang mula-mula selalu menghargai orang lain, toleran dan menyiarkan kedamaian, bukan islam yang kaku, gampang berkonflik dan menyebut orang lain yang berbeda dengan dirinya sebagai kafir
Generasi muda atau millenials bahkan generasi Z yang kini berusia 19 tahun haruslah mengingat ini semua. Beberapa ajaran ekstrem dan radikal yang tidak membawa roh damai dari Islam sendiri sejatinya mencoreng agama kita sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H