Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Motivasi Mengalir dalam Tubuh Anda

18 Juli 2010   01:36 Diperbarui: 25 Juli 2018   11:27 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Motivasi kuat untuk beraktivitas (www.menshealth.com).

Pribadi bermotivasi tinggi tidak hanya sekedar dambaan saja, namun sudah menjadi kebutuhan penting bagi manusia modern. Buku-buku tentang motivasi laris terjual, demikian pula dengan ceramah-ceramah motivasi yang dipadati peserta, dan motivator-motivator kondang memiliki banyak penggemar bak selebritis.

Sebaliknya, kehilangan motivasi dan kebosanan menjadi musuh bersama hingga muncul berbagai istilah untuk mengidentifikasi kehadirannya. Misalnya, ‘I hate Monday’ adalah sebutan untuk perasaan bosan yang menghantui sejak masa akhir pekan hambir habis. Kalangan remaja memberi nama perasaan bosan dengan istilah ‘bete’, berasal dari bt., singkatan untuk bored totally.

Jika seseorang mencari obat mujarab penawar bosan, pembangkit motivasi (alih-alih nasihat atau kata-kata bijak) maka barangkali dopaminelah yang dimaksud.

Dopamin

Rollo May (1909-1994), psikolog dan teoretikus asal Amerika Serikat, mengatakan bahwa pemicu motivasi paling dasar adalah ‘daimonik’ (the daimonic). Daimonik merupakan sistem motivasi secara keseluruhan, terdiri dari berbagai macam motif yang disebut daimon. Kebutuhan-kebutuhan pada tingkat rendah seperti makan, minum, seks; dan kebutuhan yang lebih tinggi seperti cinta, termasuk ke dalam daimon.

Selain May, masih banyak ahli lain yang menjelaskan motivasi dari sudut pandang psikologi. Namun, dari sudut pandang fisiologi, ilmu yang mempelajari fungsi organ-organ tubuh, senyawa organik yang berperan dalam pembangkitan motivasi adalah dopamin.

Dopamin adalah neurohormon atau hormon saraf dengan nama lain DA, intropin, revivan, oxytiramine,  atau  3,4-dihydroxyphenethylamine. Adapun  nama  resmi  kimianya  yaitu 4-(2-aminoethyl)benzene-1,2-diol. Fungsinya dalam tubuh adalah sebagai neurotransmitter, zat kimia yang dilepaskan dari satu sel saraf ke sel saraf lain sebagai bentuk komunikasi fisiologis.

George Barger dan James Ewens, berhasil membuat sintesa dopamin pertama kali tahun 1910. Sedangkan fungsi dopamin sebagai neurotransmitter terungkap tahun 1958 oleh Arvid Carlsson dan Nils-Ake Hillarp di Laboratory for Chemical Pharmacology of The National Heart Institute of Sweden. Arvid Carlsson memperoleh hadiah Nobel atas prestasi tersebut tahun 2000.

Dalam sistem koordinasi tubuh, dopamin memiliki banyak tugas. Perannya meliputi berbagai aspek seperti perilaku, kognisi, motivasi, tidur, dan belajar. Akan tetapi dopamin kerap dihubungkan dengan ‘sistem penghargaan dalam otak’, yaitu dopamin pada jalur mesolimbik.

Wujud hasil kerja dopamin sebagai hormon motivator yaitu rasa senang dan penguatan kehendak untuk melakukan kegiatan tertentu secara aktif. Senyawa neurohormon ini dilepaskan melalui pengalaman memperoleh penghargaan atau ganjaran seperti makan, minum, seks, obat-obatan tertentu, dan rangsang netral lain yang berkaitan dengan hal-hal tersebut.  

Keberadaan dopamin tidak hanya dalam tubuh manusia saja, tapi juga pada berbagai jenis hewan, baik yang bertulang belakang maupun yang tidak bertulang belakang.

Petunjuk mengenai dopamin sebagai senyawa motivator diperoleh melalui penelitian terhadap hewan. Penelitian menunjukkan bahwa pengurangan dopamin pada tikus hingga 99% menyebabkan hewan itu hampir kehilangan kemauan untuk makan. Pada saat tikus tersebut dipaksa untuk makan, peneliti menemukan indikasi ekspresi rasa suka atau tidak suka.

Kesimpulannya, pengurangan dopamin tidak menyebabkan berkurangnya rasa senang konsumtif pada tikus, hanya menurunkan hasrat untuk melakukan kegiatan makan. Penelitian lain memperoleh hasil bahwa penambahan kadar dopamin pada tikus menyebabkan peningkatan motivasi untuk makan, tapi tidak untuk rasa suka.

Pada manusia, beberapa jenis obat diketahui dapat mengurangi aktivitas dopamin. Obat-obatan dari kelompok neuroleptics (misalnya antipsikotik) mampu mengurangi motivasi dan menyebabkan anhedonia (hilangnya kemampuan menikmati rasa senang). Konsumsi obat ini dalam jangka panjang diasosiasikan dengan beberapa gangguan tubuh seperti diabetes, disfungsi seksual, kelelahan, dan masalah irama detak jantung. 

Gen Penyandi Reseptor Dopamin

Salah satu film inspiratif tentang motivasi adalah “The Pursuit of Happyness”. Film yang memiliki banyak penggemar ini bertutur tentang kisah nyata seorang pialang saham bernama Christopher Paul Gardner (diperankan oleh Will Smith) yang meraih sukses dari bawah.

Selama penuturan cerita dalam film ini, tidak ada acara seminar motivasi, juga tanpa adegan menenggak minuman suplemen berenergi. Hebatnya lagi, Christ Gardner bukan lulusan perguruan tinggi. Sebaliknya, Gardner mengawali suksesnya dari posisi sebagai salesman bangkrut, ditinggal pergi istri, bahkan harus hidup nomaden karena tidak mampu bayar kontrakan. Walaupun demikian, pada akhirnya ia berhasil bangkit mandiri, sukses mengelola dana jutaan dollar, dengan tidak kehilangan rasa kasih sayangnya sebagai orang tua tunggal seorang anak.

Pertanyaan yang muncul lalu, apakah pribadi bermotivasi tinggi itu dilahirkan atau dibentuk oleh lingkungan? Gen warisan atau pengaruh budaya sekitar? John C. Avise, seorang ahli genetika molekuler menyarankan kita untuk bersikap bijak agar tidak terjebak pada salah satu kutub yang membahayakan.

Penemuan gen polimorfis D4DR oleh Richard P. Ebenstein tahun 1996 memengaruhi cara pandang ilmuwan Biologi terhadap perilaku manusia. Gen ini didaku berfungsi menyandi suatu protein reseptor yang mengikat neurotransmitter terkait dopamin.

Keterkaitan berbagai alternatif bentuk gen D4DR dengan hasil tes psikometri tertentu menimbulkan dugaan kuat adanya pengaruh gen terhadap variasi standar pada ciri kepribadian dan emosi. Gen D4DR yang berada pada kromosom 11 ini dapat mengalami pengulangan sekuens hingga 12 kali. Pengulangan sekuens pada gen D4DR memiliki kontribusi dalam menentukan tinggi rendahnya kadar motivasi individu.

Individu yang memiliki pengulangan sekuens gen D4DR lebih banyak, cenderung memiliki keinginan untuk senantiasa mencari tantangan baru dan memiliki keberanian yang lebih besar dalam menghadapi resiko. Dalam kegiatan fisik misalnya, mereka mencari olahraga ekstrem yang tidak biasa, seperti bungee jumping, panjat tebing, arung jeram dan semacamnya. Hal ini mereka lakukan untuk memenuhi hasrat petualangan yang tinggi dan memperoleh pengalaman baru.

Bagi individu dengan gen D4DR bersekuens pendek sangat mungkin tetap hidup aktif dan termotivasi apabila lingkungannya memberikan rangsang positif. Tantangan bagi mereka adalah menciptakan atau mencari lingkungan dimana kebutuhan akan motivasi dapat diperoleh melalui rangsangan dari lingkungan.

Penampakkan ciri fisik atau perilaku organisme memang sangat kompleks karena dapat melibatkan lebih dari satu gen untuk satu ekspresi. Pengamatan ekspresi suatu gen pada hewan, termasuk memberi perlakuan tertentu, dapat dilakukan dengan mudah. Hal yang sama sulit diterapkan pada manusia karena faktor etis. Selain itu manusia juga memiliki kemampuan adaptasi non-genetik, sehingga pengaruh faktor lingkungan tidak dapat diabaikan. Bahkan dalam kasus tertentu, mungkin faktor lingkungan dapat berperan dominan.

Tantangan bagi para ilmuwan sekarang yaitu menentukan perkiraan, berapakah kadar kontribusi genetis dan pengaruh lingkungan dapat memengaruhi motivasi dalam kehidupan seseorang. ***



Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun