Tantangan Joseph Paul Zhang kepada aparat sudah membuahkan hasil. Polisi bekerjasama dengan Interpol akan memburu pengaku nabi ke-26 ini hingga ke luar negeri. Ia diketahui sudah sejak 2018 sudah meninggalkan Indonesia. Pelapor, Husin Shahab, mengatakan bahwa yang bersangkutan ada di Jerman (detik.com, 18/4/2021).
Siapa dan mengapa Paul Zhang ini yang dikutuk tidak hanya oleh umat Islam tapi oleh umat Nasrani ini?
Paul Zhang salah satunya diketahui sebagai seorang YouTuber dengan 50K subscriber. Tema yang mendominasi konten kanalnya terutama berkisar tentang kerohanian. Namun sayangnya satu konten yang diunggah 15/4/2021 lalu dianggap berlebihan.
Dalam tayangan live selama 3 jam lebih --03.02.36-- berjudul  "Puasa Lalim Islam" Paul mengomentari ibadah puasa yang sedang dilaksanakan oleh umat Islam. Selain itu ia juga mengaku sebagai nabi ke-26 dan mengadakan sayembara berhadiah Rp 1 juta bagi siapa saja yang melaporkannya.
Berdasarkan penelusuran media, diketahui Paul  Zhang bukan hanya sekali ini melakukan aksi  provokatif. Karena ulahnya itu kecaman  dari berbagai pihak silih berganti menyasar dirinya. Pengakuan sebagai nabi ke-26 bukan dilakukan sekarang saja tetapi sudah sejak 2017.
Sangat disayangkan bahwa masih ada saja konten intoleran. Setelah pembubaran ormas radikal dan patroli siber ternyata malah muncul konten seperti itu secara terang-terangan.
Cocoknya tipe Paul Zhang ini memang ketemu dengan Zakir Naik biar bisa berdebat sampai lebaran kuda tiba. Ketika tampil di forum terbuka maka persoalan akan berbeda. Pihak yang merasa kurang siap dengan hal-hal seperti ini dapat mudah terpancing.
Agaknya yang membuat penulis buku "Serial Menggugat Alkitab" dan "Khilafah Terakhir" ini merasa aman membuat tantangan sayembara di atas adalah karena posisinya yang ada di luar negeri. Akan tetapi dia lupa polisi juga punya jalinan network antarnegara. Ulahnya juga sebenarnya tidak baru-baru amat. Tahun 2017 dan 2018 juga sudah pernah muncul.
Selain soal kasus itu sendiri satu hal menarik adalah relasi atau sudut pandang tentang kompasianer/ blogger-youtuber. Hal ini pernah diulas dalam artikel H.I.M berjudul "Ternyata Nasib Bloggers Lebih Ngenes Dari Youtuber".
Kanal Paul Zhang di YouTube (sejak 2009) jauh lebih dulu dibanding Kompasiana (2015). Jumlah unggahan di YouTube juga lebih banyak. Artinya yang bersangkutan lebih antusias menyampaikan gagasan lewat video.
Di Kompasiana sendiri kanal khusus video ini sebenarnya sudah diinisiasi oleh admin agar dapat dimanfaatkan kompasianer. Kolaborasi antar-platform merupakan salah satu cara untuk memperluas jangkauan kepada para pemirsa.
Tetapi tentunya yang diharapkan adalah konten-konten bermanfaat yang ditayangkan. Hal ini adalah sebagai upaya untuk mengimbangi atau meredam konten negatif dan provokatif. Sayangnya peluang ini masih belum dioptimalkan.
Bagi penulis baik konten video maupun artikel blog seperti Kompasiana masing-masing punya keunggulan sendiri-sendiri. Salah satu kelebihan ngeblog  di antaranya yaitu kumpulan tulisan bisa dijadikan buku.  Hal ini yang sama sekali tidak bisa dilakukan di YouTube. Masa kumpulan video dijadikan buku, bagaimana caranya?* **