Wacana kudeta Demokrat sudah berjalan sekitar sebulan.
Ibarat sirkus keliling, beragam atraksi sudah disajikan dan memukau penonton. Dari peluncuran isu turunan seperti soal AD/ ART, begal partai, hingga desas-desus ancaman intel polisi. Ada pula wacana kiriman paket santet berpemandu. Khusus untuk pejabat tertentu.
Member klan Cikeas yang lain, Edhy Baskoro, yang tempo hari masih anteng --dan ditunggu-tunggu tanggapannya-- sekarang ikut angkat bicara. Menyoal KLB Deli Serdang, Ibas percaya bahwa pemimpin negeri ini masih punya nurani. Keyakinan itu sudah tepat dan agaknya penting juga untuk disampaikan kepada bapaknya sendiri, SBY.
Dari pihak Jokowi respon yang dinanti-nanti belum ada. Tak begitu menggubris atau sekadar melirik. Bahkan setelah SBY turun gunung dan membuat pengakuan dosa, soal pernah khilaf memberi Moeldoko jabatan, presiden masih bergeming.
Jokowi sibuk dengan urusan sendiri. Serangan Demokrat yang menyasar istana cuma ditepis seadanya oleh pejabat lain. Tanggapan yang kalau tidak dilakukan pun agaknya tak akan begitu berdampak serius secara politik.
Agenda Jokowi sekarang adalah menekankan pentingnya manifestasi kampanye cinta produk dalam negeri dan benci impor. Netizen berseloroh, oo.. inikah rupanya alasan Kaesang ghosting cewek Singapurnya.
Tetapi Jokowi memang sedang sungguh-sungguh.Â
Ini yang bilang Luhut, Â Menko Marves kepercayaan presiden. Dikatakan bahwa Jokowi pecat langsung seorang pejabat tinggi Pertamina . Dosanya besar, mengingkari arahan cinta produk lokal dengan meloloskan pipa buatan asing. TKDN-nya rendah.
Menko Marves Luhut Binsar (kompas.com, 9/3/2021):
"Ada pejabat tinggi Pertamina itu kemarin dipecat presiden langsung. ... Bikin pipa, tadi Pertamina. Pertamina itu ngawurnya minta ampun. Masih impor pipa padahal bisa dibuat di Indonesia. Bagaimana itu."
Gaya Jokowi dari dulu cenderung begitu. Lebih mengedepankan jawaban lewat perbuatan daripada komentar. Kalau tidak penting mengapa harus sampai kasih contoh seperti kasus Pertamina tadi.
Pemecatan dengan tangannya sendiri secara langsung berarti teguran juga kepada kabinet dan pejabat-pejabat lain. Gini lho contoh realisasi cinta produk lokal itu! Salah tafsir bisa tersingkir. Luhut sudah warning pula Menperindag terkait masalah ini.