Isu kudeta Demokrat ternyata menggelitik Presidium KAMI Gatot Nurmantyo. Lewat akun instagram @nurmantyo_gatot yang dikutip kompas.com, Jenderal Gatot menceritakan isu tersebut menurut pengalaman dan sudut pandangnya.
Jenderal (Purn.) Gatot Nurmantyo (kompas.com, 7/3/2021):
"Ada juga yang datang sama saya. Datang, 'Wuh, menarik juga'. Saya bilang, gimana prosesnya? 'Begini Pak, nanti kita bikin KLB. KLB terus gimana? Ya nanti visi yang dilakukan adalah kita mengganti AHY dulu."
Apabila menyimak poin-poin pernyataannya, pesan yang disampaikan kurang lebih berikut:
- wacana pengambilalihan Demokrat memang direncanakan,
- ada pihak yang mencari figur untuk menggulingkan Ketum AHY,
- Gatot Nurmantyo menyebutkan jasa SBY dalam karirnya,
- Gatot Nurmantyo merasa tak pantas terlibat dalam plot kudeta.
Namun patut dipertanyakan apakah pernyataan Gatot tersebut 100% natural?
Katakanlah begitu meski dalam konteks kisruh kudeta Demokrat yang memunculkan Ketum Moeldoko versi KLB hal itu masih perlu diverifikasi. Yang pertama, siapakah seseorang yang menghubungi Gatot itu dan berapa kali? Kemudian apakah peristiwanya terjadi sebelum tawaran diberikan kepada Moeldoko ataukah bersamaan?
Pernyataan Gatot Nurmantyo secara tematik jelas menohok Moeldoko. Mantan Panglima TNI era Jokowi periode satu tersebut menjajarkan respon dirinya dengan sikap Moeldoko dalam menanggapi tawaran penggulingan AHY. Dan dengan demikian menegaskan plot kudeta itu direncanakan dan sesuai dengan ilustrasi elit Demokrat sebelumnya.
Gatot Nurmantyo menyebut-nyebut jasa SBY dalam memudahkan perjalanan karir militernya dan karena itu tak selayaknya berlaku membalas air susu dengan tuba. Moeldoko di pihak lain berada dalam posisi itu pula dan bahkan lebih baik, memperoleh berbagai jabatan hingga akhirnya mencapai jenjang tertinggi sebagai Panglima TNI pada masa SBY.
Lewat perbandingan tersebut maka sikap Moeldoko melibatkan diri dalam penggulingan AHY adalah sesuatu yang lebih buruk dari apa yang dilakukan dirinya.
SBY pun mengeluhkan itu. Moeldoko dianggap mengabaikan jasanya seperti yang disampaikan SBY dalam kapasitasnya sebagai Ketua MTP (Majelis Tinggi Partai) di hadapan kader-kader Demokrat.
SBY, MTP Demokrat (tribunnews.com, 6/3/2021 ):
"Rasa malu dan rasa bersalah saya, yang dulu beberapa kali memberikan kepercayaan dan jabatan kepadanya. Saya memohon ampun ke hadirat Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa atas kesalahan saya itu."
Yang menarik, wawancara Gatot dengan pernyataan sikap SBY dilakukan pada hari yang sama yaitu sebelum KLB berlangsung di Deli Serdang. Gatot Nurmantyo menyampaikan tanggapan soal KLB Demokrat tanggal 5/3/2021 di kanal YouTube Bang Arief (rilis 7/3/2021); SBY menyampaikan hal yang sama dari Puri Cikeas.
Dengan pemosisian diri lewat pernyataan publik tadi, Gatot Nurmantyo menunjukkan empati terhadap Demokrat dan dengan demikian cenderung berseberangan dengan posisi Moeldoko sebagai Ketum Demokrat versi KLB.