Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pandemi Corona 2021, Virus Mutan Vs Vaksin Oplosan

5 Februari 2021   16:34 Diperbarui: 5 Februari 2021   16:40 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi bersama Menkes Budi Gunawan meninjau pelaksanaan vaksinasi tenaga kesehatan, 04/ 02/ 2021 (setkab.go.id).

Sudah setahun plus minus kita hadapi pandemi corona. Pencapaian hari ini sudah tercatat 105 juta kasus secara global. Indonesia menyumbang 1% dari angka itu, yakni sekitar 1,1 juta.

Syukurlah sudah ada vaksin versi beta yang pembuatannya memangkas berbagai prosedur formal asbab kedaruratan situasi. Indonesia beruntung sudah mencicipi bagaimana rasanya vaksin itu, meski baru segelintir kepala.

Kita juga siap memperbanyak, produksi sendiri. Punya Biofarma. Laboratorium mikrobiologi juga ada untuk penelitian, seperti Eijkman. Harus diteliti karena vaksin yang dimiliki harus cocok dengan virus yang dihadapi; artinya harus lebih kuat. Kalau vaksin kurang pas, virus bisa mengganas.

Sudah ada beberapa produk di dunia. Sinovac, Pfizer, AstraZeneca, Moderna, Sputnik. Seupil negara kaya menguasai mayoritas kepemilikan produksi dan distribusi vaksin. Negara kismin menunggu sedekahnya.

Tetapi sekali lagi kita cukup beruntung, meski belum banyak tapi vaksin sudah ada. 

Menghadapi aliansi global spesies manusia, corona juga tidak tinggal diam. Mereka kembangkan pula olah tubuh agar kebal vaksin. Tipe jadul yang kurang fit segera di-recall, yang lebih trengginas siap maju me-reshuffle.

Betul, virus memang tidak punya otak sehingga tak bisa menalar. Tetapi mereka memiliki kemampuan mutasi untuk mengeliminir produk gagal dan mengembangkan versi unggulan. Modifikasi gen terjadi secara alamiah dengan kecepatan penggandaan yang mengagumkan. Yang terbukti mumpuni lalu terdispersi berkat jasa manusia-manusia juga dalam pemutakhiran sistem transportasi global. 

Apalagi jika ditambah dengan sikap abai protokol 3M yang bermutasi juga jadi 5M itu. Penularan semakin sulit dibendung.

Hingga sekarang tercatat sudah 4 varian corona yang sakti bak Gatotkaca. Ototnya kawat bertulang adamantium; bisa melesat lebih kilat. Efek manusiawi yang kita bahasakan yaitu virus mutan ini lebih cepat menular dan lebih mematikan.

Kita berharap mudah-mudahan analisis virolog itu keliru. Masa lapak, mal, warung, baru buka sudah mau PSBB ketat lagi. Atau PPKM. Apapun nama tapi intinya warga tak bisa bebas lagi jualan dan beraktivitas. Sekolah juga masih harus tutup.

Virus yang mengalami perubahan gen  itu awalnya diketahui menyebar di Inggris, Brasil, Amerika, dan Afrika Selatan. Mutan-mutan tersebut kini sudah tersebar ke puluhan negara. Berkaitan dengan hal tersebut konsekuensinya adalah penjagaan perbatasan harus diperketat. Bandara dan pelabuhan harus dipantau agar penularan antarnegara tidak terjadi.

Soal penamaan, ilmuwan sebetulnya menghindari istilah yang berpotensi persekutif karena mengandung unsur lokasi atau kelompok ras. Tetapi dalam penggunaan praktis media lebih menyukai penamaan populer agar dapat menjangkau pemahaman publik.

Strain corona yang muncul di Inggris resminya berkode B.1.1.7, sementara itu yang dari Afrika Selatan dilabeli B.1.351 atau 501Y.V2. Varian Brasil yang membawa mutasi E484K disebut varian P.1, sedangkan  virus yang berasal dari California bernama L452R. Tidak enak dihapal dan janggal di telinga, tetapi begitulah catatan kompilasi mutan yang dibuat kompas.com ini.

Sejatinya manusia memang belum cukup cepat menandingi kegesitan manuver Covid-19. Persoalan efikasi dan uji klinis vaksin saja belum kering diperdebatkan, virus-virus itu sudah siap rilis album terbaru.

Tapi perang harus show must go on. Ide miras oplosan masuk, siapa tahu mampu membuat corona klenger.

Tidak di sini, tetapi di Inggris. Karena malu juga mungkin, selain yang utama tentu karena ingin lekas sembuh. Inggris sempat diisolasi oleh negara-negara tetangga Eropanya gara-gara virus mutan. Dikucilkan seperti penderita lepra. Untuk itu berbagai cara ditempuh supaya pandemi segera enyah.

Yang kepikiran oleh mereka agaknya oplosan itu, atau kerennya kombinasi. Peneliti vaksin dari Oxford University, Mattthew Snape, memimpin riset untuk menemukan dosis tepat di antara berbagai jenis vaksin yang saat ini beredar di Inggris.

Uji coba perdana menggunakan Pfizer dan AstraZeneca dengan interval 4 sampai 12 minggu. Caranya, vaksinasi yang pertamalantas diikuti vaksin kedua sebagai booster . Pfizer dulu lalu AstraZeneca,  atau sebaliknya AstraZeneca yang disusul Pfizer sebagai booster (detik.com, 05/ 02/ 2021).

Metode kombinasi ini pernah juga dilakukan dalam prosedur pengobatan Covid-19. UNAIR yang pernah menggagas tahun 2020 kemarin. Kombinasi lopinavir + azithromycine bisa diberikan kepada pasien, atau bisa juga dengan doxycyline. Total ada 5 alternatif yang bisa dipilih dokter.

Matthew Snape, ahli vaksinasi Oxford:

"Kami akan mendapatkan beberapa hasil, kami perkirakan, pada bulan Juni atau sekitar itu, yang akan menginformasikan penggunaan dosis di masyarakat umum." 

Bagaimana gagasan Snape itu terbukti kemanjurannya, harus tunggu dulu hingga Juni. Meski pada masa itu corona juga sudah jalan entah ke mana. Bukan tak mungkin mutasi berikutnya akan mementahkan formasi vaksin oplosan yang baru tahap percobaan. Ibarat perang melawan bandit, yang meladeni mafia gangster idealnya adalah SWAT. Tapi apa boleh buat, yang ada Pam Swakarsa.

Betul-betul kita bisa lihat betapa rapuhnya pertahanan kita sebagai manusia. Terpampang jelas di depan mata, corona tak sepenuhnya sesuai dengan ekspektasi kita tahun lalu.

Pemerintah optimis 2021 ini pandemi dihitung sudah akan kelar. Kita semua juga ingin begitu, kembali beraktivitas normal.

Namun perkembangan terkini situasi global belum mengizinkan ada rehat walau sejenak. Angka positif kasus di Indonesia terus merangkak naik, masih bertahan di atas 10.000 per hari. Sementara itu virus terus bermutasi menurut deret ukur, sedangkan vaksinasi berjalan menurut deret hitung.

Hal-hal yang terjadi di belahan mana pun sejatinya juga dapat sekejap terjadi di samping rumah kita. Virus mutan sewaktu-waktu dapat muncul di mana saja.

Sisi baik yang boleh kita harap adalah mutasi virus itu tak selalu menjahati kita. Bebas nilai. Mungkin juga ada mutan yang justru dapat mempercepat timbulnya herd immunity. Bisa saja. Masih banyak hal yang pengetahuan manusia masih gelap mengenali seluk beluk pandemi ini.

Tetapi yang harus kita antisipasi adalah situasi terburuk. Selain lantunan doa, ikhtiar protokol kesehatan harus kita dukung dan diamalkan. 

Versi protokol corona terkini yang disebut 5M yaitu:

  1. memakai masker,
  2. mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir,
  3. menjaga jarak,
  4. menjauhi kerumunan, serta
  5. membatasi mobilisasi dan interaksi.

Begitu pula dengan program vaksinasi yang sedang berjalan. Jangan sampai ada resistensi yang menimbulkan hambatan dalam pelaksanaannya; langsung atau tidak langsung.

Apapun kepentingan, species kita adalah manusia. Homo sapiens sapiens. Jangan ada kudeta di antara kita.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun