Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Lawan Corona Perlu Juga Strategi Menyerang, Jangan Terus Andalkan PSBB

2 Mei 2020   06:49 Diperbarui: 2 Mei 2020   07:02 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemacetan di perbatasan Surabaya-Sidoarjo saat pemberlakuan PSBB hari pertama, 28/04/2020 (Dok. Dishub Surabaya/ kompas.com).

Yang sudah khatam PSBB  jilid 1 terus lanjut ke jilid 2. Yang dulu belum pernah sekarang antri mau minta, sesuai wilayah kekuasaan masing-masing. Seakan membuat gong pamungkas,  FKM-UI usul, sekalian  saja terapkan PSBB tingkat nasional.

PSBB, Pembatasan Sosial Berskala Besar; barangkali ada yang lupa kepanjangannya.

Kurang sreg sebenarnya berpikir antroposentris  dan terlalu administratif minded dalam menghadapi pandemi global.  Depan belakang, kiri kanan kita dikepung; corona tidak mengenal batas kelurahan, kecamatan, atau provinsi; migrasi ke mana-mana tak perlu visa. Kita tidak bisa mendikte virus mematuhi batas khayali satu area sesuai persepsi kita. Tapi sebagai manusia yang berakal kita bisa menjejaki  bagaimana perilaku makhluk mikro itu.

Beberapa waktu lalu Dahlan Iskan lewat blog-nya sempat mengulas gagasan pool test Hafidz Ary Nuryadi untuk meminimalisir kemubaziran PSBB dan tes corona massal (disway.id, 24/04/2020).

Yang perlu kita kejar untuk diisolasi adalah orang yang terinfeksi di satu wilayah kecil terlebih dahulu. Kalau ada, kuncilah daerah itu, katakanlah tingkat RT. Kalau ada beberapa RT lanjut tingkat kelurahan, dan begitu seterusnya.  Tidak efisien jika gara-gara satu dua kelurahan zona merah lalu 1 provinsi disekat besar-besaran. Ekonomi penanganan wabah juga harus kita ulik ilmunya.

Mengekang orang  dari struktur atas terlebih dahulu (top down) berpotensi kemubaziran. Orang atau area yang sehat malah jadi tidak produktif gara-gara terkurung PSBB. Teori pool test sebaliknya, bergerak dari bawah ke atas atau bottom up. Faedahnya agar tidak banyak orang sehat yang tersandera corona.

Betul yang dikatakan Jubir Corona, Achmad Yurianto, bahwa urusan Corona kini sudah bukan lagi berdimensi kesehatan tetapi sudah multidimensi.

Ekonomi ikut terseret, sosial keamanan juga terbawa serta. Pandemi bukan hanya urusan epidemiologi  semata  tetapi sudah menyangkut ilmu-ilmu lain hingga ke ranah sosial; karena dampaknya.

Achmad Yurianto, Jubir Satgas Covid-19, (detik.com, 01/05/2020):

"Kalau Indonesia selesai, apa masih selesai? Wong banyak orang luar negeri yang datang ke Indonesia. Ini pandemi, bukan masalah Indonesia, ini masalah dunia. Atau PSBB seluruh dunia? Terlalu kecil kalau menganggap COVID itu masalah Indonesia."

Orang kena virus memang bisa mati kalau tidak diurus, tetapi yang tidak makan berhari-hari apakah tidak bisa mati? Contoh sudah banyak, di Tangerang tempo hari seorang ibu rumah tangga meninggal setelah dua hari sempat lapar; hanya minum air galon. Di lokasi lain-lain kasus bunuh diri akibat tekanan psikis sudah terjadi; belum meningkatnya kriminalitas karena terdesak kebutuhan pangan.

Jika ada 1 juta orang Indonesia yang sakit perlu perawatan maka 269 juta lainnya harus terus sebisa mungkin produktif beraktivitas, menopang yang 1 juta itu.

PSBB bisa mengerem laju kontaminasi virus pada orang sehat, namun PSBB bukan solusi untuk menyelesaikan semua persoalan. Karena kita pegang palu tidak lantas semua benda bisa kita pentung sebagai paku. Perlawanan yang kita berikan harus paralel: menahan laju penyebaran virus, sekaligus tetap produktif agar justru dapat membiayai  penanganannya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun