Ganjar Pranowo kaget bukan kepalang kala tahu 46 tenaga medis di RS Kariadi positif corona. Bukan dokter atau perawat pasien corona semua; mereka yang terpapar virus tersebut menangani departemen-departeman yang berbeda: ada di bagian interna, THT, hingga obstetric & gynaecology atau  obgin (kompas.com, 16/04/2020).
Kompas.com juga memberitakan, di Grobogan ada kasus serupa, belum diketahui berapa yang terpapar tetapi sudah tahu gara-gara yang jadi penyebabnya.
Seorang pemudik asal Jakarta berbohong tentang riwayat perjalanan sebelum ditangani nakes (tenaga kesehatan) RSUD Grobogan. Pasien yang berprofesi pekerja tersebut menderita penyakit saluran pernapasan tetapi ditempatkan di bangsal umum karena tidak memberi tahu dokter bahwa ia berasal dari zona merah.
Akibatnya puluhan pegawai RSUD harus menjalani dobel tes corona, rapid test. Mudah-mudahan hasilnya negatif semua.
Dua persoalan di atas hanya sepucuk gunung es saja dari sekian kasus beratnya beban tenaga medis dan paramedis kita. Mereka sempat terpaksa maju "perang" menghadapi bala tanpa senjata, APD (alat pelindung diri) stoknya cekak; masker seadanya dan jas hujan pun lalu jadi pilihan. Daripada tidak sama sekali.
Belum masalah beban jam kerja dan hal-hal di luar dugaan. Ada pasien yang mengamuk hingga kabur dari perawatan; ada yang diusir dari tempat tinggal dan ditolak pemakamannya ketika wafat.
Satu per satu masalah rentannya nakes di garda depan penanganan pandemi Covid-19 sudah diurai, tetapi nakes di bagian lain juga perlu diperhatikan.
Bukan hanya pasien tak jujur yang berpotensi bikin celaka, warga yang sehat pun bisa membawa bencana. Kita mengetahui bahwa penyakit Covid-19 ini bisa tertular dari OTG, orang tanpa gejala. Frekuensi nakes di fasilitas kesehatan menjadi semakin tinggi karena kemungkinan terpapar semakin besar; misalnya dari keluarga yang besuk atau pendamping pasien yang sedang dirawat.
Begitu juga algoritma pertanyaan kepada pasien, tak cukup hanya modal husnuzon. Verifikasi riwayat perjalanan dan domisili sebulan terakhir harus betul-betul diterapkan, contohnya seperti kasus RSUD Grobogan tadi.
Staf medis dan paramedis adalah prajurit terdepan di medan tempur lawan pandemi corona. Sementara level dokter-dokter spesialis adalah panglima-panglima perangnya. Mereka itu asset penting saat ini yang harus terjamin keselamatannya , walau harus dijaga dengan nyawa juga.***