Soal imunisasi BCG pencegah TBC kita juga punya riwayat yang lebih dini ketimbang Iran.
Program imunisasi BCG sudah dirintis sejak era Presiden Sukarno tahun 1952 dan ditetapkan sebagai program nasional dalam workshop Kemenkes tahun 1969. Pelaksanaannya kemudian diintegrasikan dengan imunisasi cacar  tahun 1972 (sumber).
Penduduk Indonesia yang lahir dari mulai  tahun 1952 dan pernah mendapat vaksin BCG saat ini berusia sekitar 68 tahun paling tua.
Keampuhan BCG juga ternyata menarik minat Perancis dan Australia untuk melakukan uji coba (kompas.com).
Sebanyak 500 tenaga medis di garda depan penanggulangan virus corona akan mendapa vaksinasi BCG, sementara 500 lainnya akan diberi placebo yang tidak mengandung efek apa pun.
Australia akan menguji dengan jumlah sampel yang lebih banyak lagi. Sebanyak 4000 tenaga medis akan divaksinasi BCG dengan harapan dapat melindungi paru-paru mereka dari invasi corona.
Diakui oleh para peneliti tersebut bahwa BCG belum tentu obat paling mujarab yang mereka cari. Seandainya iya, maka sejumlah langkah masih diperlukan untuk menemukan titik akurasi yang lebih tepat. Banyak faktor yang perlu diperhitungkan seperti usia, dosis, dan efek samping lainnya.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan corona Achmad Yurianto mengatakan Indonesia akan menggunakan mesin TCM (Tes Cepat Molekuler) pendeteksi TBC untuk membantu mengenali pasien yang terdampak corona. Rumah sakit di Indonesia umumnya memiliki alat tersebut sehingga diharapkan dapat memperpendek waktu penanganan dan menekan angka kematian (katadata.co.id).
Uji deteksi virus corona saat ini yang ada yaitu rapid test dan PCR dengan masing-masing kelebihan dan kekurangannya. Rapid test punya kecepatan tetapi kurang akurat, sementara teknik PCR lebih akurat cuma waktunya lebih lama. Mesin TCM yang jumlahnya ada 132 di seluruh Indonesia diharapkan dapat mengisi celah  kekurangan kedua metode yang sedang berjalan.
Di tengah perlombaan ilmuwan dunia untuk menemukan cara efektif perlindungan terhadap pandemi corona, semua cara yang masuk akal dan ilmiah perlu dicoba. Yang penting selalu optimis dan tidak berputus asa.***