Twitter masih jadi palagan tempur antarkelompok kepentingan politik, bahkan setelah pilpres sudah lama berlalu.
Jika Anies Baswedan jadi bulan-bulanan netizen ketika banjir merendam ibukota, maka kini angin baik sedang berada di pihaknya. Saat wabah COVID-19 semakin menggeliat unjuk daya rusak dan kecepatan penularannya.
Kali ini pemerintah pusat yang relatif babak belur dihajar netizen. Meskipun istana telah mengangkat jubir khusus yang dianggap memiliki artikulasi bagus menurut protokol komunikasi penanganan wabah Corona. Pengangkatan jubir khusus dilakukan setelah gaya komunikasi publik Menkes dr. Terawan disorot media dan warganet.
Achmad Yurianto yang mengambil peran komunikasi publik sebagai jubir istana khusus Corona memang lumayan efektif menunaikan tugas. Tetapi oposan terlanjur dapat posisi enak. Segudang amunisi isu siap dan sedang dimuntahkan.
Tagar pertama inisiasi M Said DiduÂ
Saat ini di twitter beberapa tagar (yang tendensius) sempat trending silih berganti.Â
Ada #IndonesiaLockdown, kemudian #stoppolitisasicorona, dan yang jadi pemuncak yaitu #IndonesiaButuhPemimpin. Tercatat 23,4 K tweeps saat tulisan ini dibuat, yang mencuit tagar yang terakhir.
Membuat tagar itu ternyata butuh akurasi. M. Said Didu @msaid_didu sempat berdebat soal ini  dengan pengikutnya.
Awalnya inisiator tagar #IndonesiabutuhPemimpin ini tampak beberapa kali mencuit untuk menertibkan jamaahnya. Penulisan 'Butuh' (dengan B besar) dalam tagarnya dianggap keliru; yang betul adalah 'butuh' (dengan b kecil).
Apa daya, makmum lebih banyak membuat tagar dengan menulis 'Butuh' pakai B besar. Alhasil Said Didu menyerah, kalah jumlah. Yang trending kemudian adalah tagar versi "keliru".
"Oke - kita pakai b besar," kata Said Didu.