Kompleksnya polemik dan kasus-kasus yang berkaitan satu sama lain menunjukkan bahwa serangan terhadap Novel merupakan kasus besar dan istimewa. Hal itu menjadi beban pemerintahan Jokowi yang harus diselesaikan secepatnya.
Dalam hukum fisika, tekanan suatu beban berat dapat dibuat ringan dengan membaginya kepada beberapa titik.
Berkaitan dengan kasus Novel, di tingkat pucuk pimpinan hal itu telah dilakukan dengan membagi beban di antara Tito Karnavian dan Idham Azis.
Tito tidak terindikasi gagal mengemban amanat jabatan. Lepas dari jabatan Kapolri, Tito naik tangga menjadi Mendagri.
Pada masa Tito Karnavian menjadi Kapolri, proses pemetaan kasus Novel mungkin sudah dilakukan secara rinci. Setelah semuanya oke, eksekusinya barulah dikerjakan Kapolri saat ini, Idham Azis.
Tito beri umpan lambung, langsung disambut tendangan first time Idham yang berbuah gol manis.
Seandainya dugaan keterlibatan sejumlah oknum perwira dalam kasus Novel itu benar, rotasi di dalam tubuh Polri memang perlu dilakukan. Idham melakukan itu untuk memberikan efek kejut pada struktur komando sekaligus memutus jalur komunikasi status quo.
Perlu waktu adaptasi bagi perwira polisi yang terkena pergiliran jabatan. Dan, momen itulah saat yang tepat untuk mengekspos pelaku penyerangan Novel.
Rm dan Rb saat ini sedang diperiksa secara intensif.
Sangat janggal jika mereka berdua, polisi aktif itu, berperan sebagai pelaku atas dasar inisiatif sendiri. Penangkapan mereka dapat dijadikan titik awal untuk menyibak konstruksi sesungguhnya dari kasus serangan terhadap Novel. Lebih jauh, menjadi langkah penting untuk membenahi Korps Bhayangkara.
Semoga otak serangan yang sesungguhnya dapat segera terungkap. Sekaligus mematahkan tuduhan rekayasa serangan.