Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Asian Games 2018, Keamanan dan Keselamatan di Atas Kenyamanan

9 Agustus 2018   02:20 Diperbarui: 14 Agustus 2018   03:20 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sangat disayangkan jika terjadi, driver ojek online merencanakan unjuk rasa saat pembukaan Asian Games 2018 (megapolitan.kompas.com).

Jakarta dan Palembang siap menyambut penyelenggaraan acara kebanggaan bangsa, Asian Games 2018 Energy of Asia, demikian disampaikan Anies Baswedan dan Alex Noerdin dalam Mata Najwa tempo hari.

Di Jakarta, setelah pemberontakan Kali Item melunak dan jembatan penyeberangan di Bundaran HI diganti pelican cross, belum ada lagi isu panas terkait persiapan pesta olahraga bangsa-bangsa Asia tersebut. Pengamatan penulis, tampak muka Jakarta memang sudah rapi dan cantik, di luar tiang penyangga pepohonan penghias jalan yang belum dilepas.

Namun begitu, dari segala upaya untuk memastikan meriahnya Asian Games 2018, dua hal ini harus tetap menjadi prioritas utama: keamanan dan keselamatan, bagi atlet, official team, panitia penyelenggara, dan penonton pertandingan. Nol toleransi.

Jumlah perkiraan tamu yang akan datang berkisar 15.000 orang, terdiri dari para atlet dan official dari 45 negara peserta, belum termasuk penonton dan suporter baik dari dalam maupun luar negeri. Sementara jumlah event ada 462 acara pertandingan dalam 32 cabang olahraga olimpiade dan 8 cabang non-olimpiade.

Asian Games 2018, mengambil pelajaran dari FIFA World Cup 2018

Sukses tidaknya suatu perhelatan akbar tingkat internasional dapat diukur dengan banyak parameter, salah satunya adalah faktor keamanan.

Kita ambil contoh penyenggaraan pesta sepakbola Piala Dunia FIFA 2018 di Rusia.

Analisis resiko keamanan World Cup 2018 di Rusia (Healix International).
Analisis resiko keamanan World Cup 2018 di Rusia (Healix International).
Penyelenggaraan turnamen empat tahunan FIFA tersebut terbilang sukses dengan nyaris nihilnya gangguan keamanan dan ketertiban selama acara berlangsung, setidaknya dari kabar yang muncul di media.

Hari demi hari, penonton dibius oleh penampilan 32 timnas sepakbola terkuat sejagat hingga peluit akhir laga final ditiup. Analisis pertandingan, komentar, kecaman, hingga ramalan silih berganti muncul di linimasa media sosial, televisi, dan media cetak. Semuanya, nyaris tanpa breaking news insiden yang berarti.

Padahal, secara de facto Rusia di bawah pemerintahan Vladimir Putin ini adalah negara yang sedang terlibat perang.

Dalam operasi militer di Suriah, Rusia membantu pasukan pemerintah menumpas ISIS dan pasukan pemberontak yang juga didukung oleh negara lain. Sedangkan di dalam negeri dan perbatasan, Rusia sedang menghadapi gerilyawan Chechnya dan Ukraina. Ditinjau dari konteks situasi keamanan, Rusia cukup rawan gangguan.

Belum lagi masalah hooliganisme dan kriminalitas yang cukup tinggi di kota-kota besarnya.

Bahkan bagi negara adidaya ini pun, menjaga keamanan selama turnamen berlangsung di 11 kota bukanlah pekerjaan sehari-hari. Sehingga, untuk memastikan garansi keselamatan tamu, pasukan khusus Spetsnaz pun dilibatkan untuk membantu.

Perang di luar bisa ditunda, tetapi teroris dalam negeri tidak bisa menunggu dan menjadi prioritas ancaman yang harus dinetralisir. Rusia menghadapi potensi perlawanan dari ribuan teroris berani mati dalam negeri yang berafiliasi dengan ISIS, Jabat Al Nushra, hingga Al Qaeda. Mereka, para teroris itu memiliki identitas lokal, berwajah lokal, dan berbahasa dengan dialek lokal pula.

Siapa yang mampu mengawasi mereka satu demi satu jika tidak dilakukan oleh satuan penjaga keamanan profesional. Satu teroris bersenjata (cuma) pisau dapur di kerumunan massa bisa berakibat fatal merusak martabat bangsa, cukup sekali, dan akan dikenang dunia sepanjang masa.

Mencegah insiden buruk terjadi, pasukan keamanan Rusia berprinsip: lebih baik keliru menyeret 10 orang yang tidak bersalah, daripada membiarkan 1 orang teroris sungguhan berkeliaran di jalan.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian memimpin penangkapan jaringan teroris di Indonesia setelah terjadi rangkaian teror mematikan (kompas.com).
Kapolri Jenderal Tito Karnavian memimpin penangkapan jaringan teroris di Indonesia setelah terjadi rangkaian teror mematikan (kompas.com).
Menjelang berlangsungnya Asian Games 2018, status Indonesia tidak sedang terlibat perang seperti Rusia ketika menyelenggarakan FIFA World Cup 2018, tetapi ancaman terorisme yang dihadapi identik.

Kita menghadapi jaringan pelaku teror dalam negeri yang terhubung dengan jaringan global; mereka punya KTP, wajah dan perawakan sama dengan kita, logat bicaranya pun tidak mencurigakan, lokal. Dalam banyak kasus, para tetangga pelaku aksi terorisme bahkan sering tidak menyangka bahwa si pelaku adalah sosok yang mereka kenal sehari-hari.

Fakta berbicara, para dalang scaremonger --penebar ketakutan massal-- di Indonesia bisa merekrut siapa saja; bahkan ibu rumah tangga, mahasiswi, dan anak-anak tega dilibatkan dalam aksi terorisme yang keji.

Setelah insiden berdarah di Mako Brimob dan bom bunuh diri di Surabaya, kepolisian di bawah komando Kapolri Jenderal Tito Karnavian, terutama Densus 88, terus memburu sisa-sisa jaringan terorisme yang berpotensi mengancam keamanan dan ketertiban. Jumlah terduga jaringan teroris yang sudah ditangkap saat ini berjumlah 283 orang (data hingga 9 Agustus 2018).

Belum cukup menghadapi ancaman terorisme, polisi di Jakarta dan Palembang juga harus berhadapan dengan penyakit masyarakat; para pelaku kriminal  dan pengganggu ketertiban umum. Ada banyak titik rawan yang harus diawasi oleh aparat keamanan: venue pertandingan, wisma atlet, moda transportasi, dan titik-titik kerumunan massa. Meskipun ribuan CCTV terpasang, tetapi kamera pengawas tersebut tidak bisa berbicara, apalagi bertindak.

Negara memang masih memiliki banyak satuan keamanan lain yang siap membantu kepolisian. Seperti Rusia yang punya Spetsnaz, kita juga memiliki TNI, angkatan darat, laut, dan udara, dengan masing-masing satuan khusus seperti Kopassus, Denjaka, dan Kopaskhas, yang akan turun sesuai skala ancaman yang dihadapi.

Walaupun demikian, alangkah normalnya jika kita sebagai warga negara biasa pun ikut membantu aparat sebagai wujud apresiasi dan dukungan moral atas jerih payah yang telah mereka lakukan. 

Kita bisa berperan menyukseskan Asian Games 2018 dengan berperilaku tertib dan tidak memanfaatkan event itu untuk mengadakan kegiatan yang justru mengganggu ketertiban umum.

Sangat disayangkan jika terjadi, driver ojek online merencanakan unjuk rasa saat pembukaan Asian Games 2018 (megapolitan.kompas.com).
Sangat disayangkan jika terjadi, driver ojek online merencanakan unjuk rasa saat pembukaan Asian Games 2018 (megapolitan.kompas.com).
Mitigasi bencana, Indonesia terletak di kawasan yang rawan gempa

Selain kemungkinan adanya gangguan keamanan dari teroris dan pembuat onar, Indonesia secara alamiah memiliki potensi terjadinya bencana alam gempa bumi.

Indonesia adalah negeri dengan 127 gunung berapi aktif. Belasan di antaranya merupakan gunung dengan aktivitas vulkanik di atas normal. Di sekitar Jakarta dan Palembang terdapat Gunung Kerinci, Krakatau, Gede, Galunggung dan Papandayan, yang tergolong kategori gunung berapi aktif. 

Informasi terbaru, Krakatau yang terletak tidak jauh dari Jakarta, saat ini mengalami aktivitas cukup tinggi hingga menimbulkan tremor atau getaran hingga pesisir Serang, Banten. Aktivitas vulkanik merupakan salah satu pemicu gempa yang bisa terjadi kapan saja.

Selain aktivitas vulkanik, pusat gempa juga bisa berupa aktivitas tektonik.

Secara geografis, bumi Nusantara berada dalam kawasan "The Pacific Ring of Fire". Tanah tempat kita berpijak ini berada pada satu kawasan berbentuk ladam yang merupakan pertemuan 3 lempeng bumi yaitu Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. Ratusan sesar dan patahan sudah terpetakan, tetapi ratusan lainnya belum terdata.

Indonesia berada di zona pertemuan tiga lempeng bumi sehingga rawan mengalami gempa bumi (hormonalseismicshift.blogspot.com).
Indonesia berada di zona pertemuan tiga lempeng bumi sehingga rawan mengalami gempa bumi (hormonalseismicshift.blogspot.com).
Gempa Lombok yang terjadi belum lama ini adalah reminder bagi kita untuk selalu waspada.

Di Jakarta, gempa yang cukup terasa mengguncang gedung-gedung terjadi tanggal 23 Januari 2018 lalu, berkekuatan 6,1 skala richter. Pusat gempa berada 61 km di bawah dasar Lautan Hindia dekat pantai selatan Banten, namun rambatannya terasa cukup kuat di ibukota karena faktor kedalaman epicentrum dan labilnya tanah di bawah kawasan Jabodetabek.

Sebelum itu, jejak sejarah merekam ada tiga lindu yang pernah terjadi di kawasan yang dahulu bernama Batavia ini. Gempa cukup kuat terasa pada tanggal 2 September 2009, berpusat di sekitar Tasikmalaya dengan kekuatan 7,3 skala richter. Sedangkan dua gempa besar lainnya yang tercatat meluluhlantakkan gedung dan bangunan-bangunan terjadi pada tanggal 5 Januari 1669 dan 10 Oktober 1884.

Menghadapi kemungkinan terjadinya bencana alam, panitia penyelenggara Asian Games 2018, termasuk sukarelawan, harus memiliki pengetahuan mitigasi kebencanaan sehingga dapat menghindari jatuhnya korban. Terutama para pendamping tim luar negeri, harus paham betul dasar-dasar prosedur evakuasi selain kelengkapan tanda penunjuk arah dan alat-alat keselamatan lainnya.

Manusia tidak mampu secara akurat 100% meramal terjadinya kepastian bencana, sementara bumi memiliki hukum-hukumnya sendiri yang bekerja tanpa campur tangan manusia. Kita harus melakukan yang terbaik, memberikan yang terbaik, bersatu untuk mencapai kesuksesan penyelenggaraan Asian Games 2018. Termasuk di dalamnya, mempersiapkan rencana tanggap darurat yang memadai jika sesuatu yang tidak diharapkan terjadi.

***

Sumber berita:

bbc.com | dw.com | forbes.com | sputniknews.com | kompas.com | liputan6.com | detik.com | viva.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun