Bung Karno adalah salah satu alumnus LP Sukamiskin, Bandung; dulu ketika zaman sebelum kemerdekaan di  tahun 1930-an. Sukarno masuk bui yang bersejarah ini karena aktivitasnya yang mengusik kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda.
Muda, gagah, dan terpelajar; arsitek lulusan Technische Hoogeschool te Bandoeng ini memperoleh tawaran gaji 5000 gulden untuk bekerja kantoran sesuai gelar yang disandangnya. Jika Anda sulit membayangkan hidup seperti apa dengan gaji sebesar itu, lihatlah Ridwan Kamil yang trendi saat masih belum walikota, kira-kira begitu.
Tetapi Sukarno bergeming, memilih bergerak bersama pemuda seusianya untuk membebaskan bangsa. Karena itulah dia diadili penjajah dan vonis memutuskan rumah barunya adalah Sukamiskin.
Membaca namanya saja penjara yang satu ini mengingatkan orang pada penderitaan. Menjadi orang hukuman, dibatasi, dan selalu diawasi. Bung Karno mengibaratkan orang hukuman di LP Sukamiskin itu seperti hewan ternak, harus mau mengikuti apapun kehendak pemiliknya.
Sebagai tahanan politik dan sebagai intelektual, Bung Karno tidak mendapatkan perlakuan istimewa. Tidak boleh membaca dan memang tidak sempat, Sukarno muda harus bekerja keras di percetakan pemerintah kolonial ketika  siang sehingga pada malam hari hanya tersisa waktu untuk beristirahat. Besoknya, kerja rodi lagi.
Penjara dan pengasingan adalah kawan akrab Bapak Proklamator kita. Selain LP Sukamiskin, Si Bung juga pernah singgah di Rumah Tahanan Banceuy (masih di Bandung), dibuang ke Ende di Flores, dan pernah juga di Bengkulu.
Salah satu prinsip yang menjadi bukti otentik bahwa kita sudah merdeka adalah, para pejabat kita yang berprestasi dalam mengisi kemerdekaan tidak boleh menderita! Bahkan ketika harus hidup di penjara, apapun kesalahannya.
Perasaan mereka harus dijaga agar tetap nyaman, mereka adalah orang kaya dan harus diperlakukan layaknya  orang kaya. Mereka adalah anak-anak bangsa terpilih, intelektual terdidik seperti halnya juga Sukarno,  panutan generasi muda.
Walaupun kondisis lapas sudah berubah, tetapi semangat dan heroisme Sukarno harus dijaga, apalagi sekarang sedang dicanangkan gerakan Revolusi Mental oleh Pak Jokowi.